Pertama di Dunia, Jepang Bakal Gelar Kompetisi Pungut Sampah Skala Internasional

Kompetisi ini diberi nama SpoGomi, gabungan dari Sport (olahraga) dan Gomi, yang dalam bahasa Jepang artinya sampah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 16 Mar 2023, 19:40 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2023, 19:40 WIB
Meski Kalah dari Belgia, Suporter Jepang Tetap Bersihkan Sampah
Seorang suporter timnas Jepang mengumpulkan sampah setelah laga 16 besar Piala Dunia 2018 melawan Begia di Rostov Arena, Senin (2/7). Meski timnya tersingkir secara dramatis, tak menghalangi para suporter Jepang melakukan aksi positif. (AP/Pavel Golovkin)

Liputan6.com, Tokyo - Jepang akan menggelar kompetisi memungut sampah pertama di dunia pada November 2023.

Kompetisi ini diberi nama SpoGomi, gabungan dari Sport (olahraga) dan Gomi, yang dalam bahasa Jepang artinya sampah. 

Dikutip dari Oddity Central, Kamis (16/3/2023), tim yang terdiri dari tiga sampai lima orang akan bersaing memperebutkan jenis dan jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan. Penilaiannya akan bergantung dari kualitas sampah yang berhasil dikumpulkan dalam waktu yang telah ditetapkan. 

Di bawah aturan Piala Dunia, tim akan diberikan waktu selama satu jam untuk mengumpulkan sampah jalanan dalam area yang ditentukan. Bukan sekadar mengumpulkan sampah, mereka juga harus memilah sampah berdasarkan kategorinya seperti limbah yang dapat dibakar, plastik yang dapat didaur ulang, kaleng, logam, dan sebagainya. 

Saat waktunya habis, sampah akan ditimbang dan diperiksa berdasarkan penyortiran yang tepat, dan tim dengan sampah terbanyaklah yang akan menang.

Rupanya, kompetisi serupa telah dilaksanakan di Jepang sejak tahun 2008 dalam skala lokal. 

Dalam kompetisi yang sudah berlangsung itu, ada berbagai peraturan dan cara bermain yang diterapkan. Misalnya, selalu berhati-hati ketika memungut sampah di dekat jalan raya atau rel kereta, atau mengenakan sarung tangan dan penjepit sampah. 

Pada awal kompetisi, peserta akan meneriakkan "Memungut sampah itu olahraga!" sebelum berlari ke area yang ditentukan. Sementara itu, pada akhir waktu yang telah ditentukan, semua peserta kembali ke garis start untuk menimbang dan memeriksa hasil pungutannya. 

Bukan Soal Kalah atau Menang

Kamikatsu
Pekerja memilah sampah plastik di sebuah pusat limbah di Kamikatsu, Prefektur Tokushima, 14 Maret 2019. Sehari-harinya penduduk kota di barat daya Jepang ini dihadapkan dengan 45 kategori sampah, mulai dari kaleng alumunium, kaleng besi, botol kaca, sampai kertas brosur. (Kazuhiro NOGI/AFP)

Tim yang menang biasanya menerima sertifikat atau piala dari penyelenggara acara atau mungkin hadiah kecil dari sponsor.

Namun, satu hal yang ditekankan adalah bahwa kompetisi ini bukan hanya soal menang atau kalah. Peserta diminta untuk merasakan sensasi berkompetisi, bekerja dalam tim dan yang paling penting adalah menjaga kebersihan kota. 

"Kami percaya soal pentingnya memungut sampah di kota karena melihat peningkatan jumlah sampah di laut secara signifikan," ujar penyelenggara Spogomi pertama, Takayasu Udagawa.

Warga Jepang identik dengan kebersihannya. Sejak tim nasional Jepang berpartisipasi pertama kalinya dalam Piala Dunia tahun 1998 di Prancis, para pendukungnya serempak memungut sampah usai pertandingan, membuat banyak pihak terkagum-kagum. Perilaku serupa masih diterapkan dalam ajang Piala Dunia 2022. 

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya