Liputan6.com, Rabat - Kerajaan Maroko berduka akibat gempa besar yang terjadi di area Pegunungan Atlas pada Jumat malam (8/9). Menurut laporan Anadolu Agency, ada 50 ribu rumah yang hancur akibat bencana alam tersebut.
Kerusakan rumah tersebut ada yang bersifat menyeluruh atau parsial. Pemerintah Maroko lantas sepakat untuk memberikan santunan senilai lebih dari dua ratus juta rupiah kepada keluarga yang rumahnya hancur.
Dilaporkan Middle East Monitor, Jumat (15/9/2023), keputusan itu diambil usai pertemuan yang dipimpin oleh Raja Mohammed VI.
Advertisement
Keluarga yang rumahnya benar-benar hancur akan mendapat santunan hingga 140 ribu dirham Maroko (Rp 209 juta). Bagi korban yang rumahnya hancur parsial, dana santunannya mencapai 80 ribu dirham (Rp 119 juta).
Ada pula santunan sebesar 30 ribu dirham (Rp 44,9 juta) bagi orang-orang yang terdampak gempa.
Setidaknya sudah ada 2.946 orang yang meninggal akibat gempa Maroko. Jumlah korban terluka mencapai 5.674 orang.
Gempa yang mengguncang Maroko itu memiliki kekuatan magnitudo 7 dan merupakan gempa terkuat yang melanda negara tersebut pada sepekan terakhir.
Pakar dari University College London (UCL) menyebut gempa Maroko setara dengan 30 bom nuklir.
Asumsi kurs 1 dirham Maroko: Rp 1.499
Indonesia Siap Kirim Bantuan untuk Bencana Libya dan Maroko Jika Dibutuhkan
Bencana alam dahsyat tengah melanda Libya dan Maroko. Sebanyak tujuh ribu orang tewas akibat banjir yang melanda Libya, sementara hampir tiga ribu orang di Maroko meninggal akibat gempa bermagnitudo 6,8.
Menanggapi bencana tersebut, sejumlah negara telah menawarkan bantuan untuk kedua negara tersebut. Qatar, Turki hingga Italia telah mengirimkan bantuan untuk Libya berupa selimut, tenda hingga bantuan kemanusiaan. Berbeda halnya dengan Maroko, pihaknya justru menolak menerima pertolongan dari sejumlah negara, seperti Prancis.
Indonesia sendiri mengaku siap mengirimkan bantuan jika kedua negara membuka diri untuk menerimanya.
"Indonesia sebagai negara sahabat dekat pasti akan mempertimbangkan itu dan bertindak segera. Tetapi sejauh ini Libya dan Maroko belum membuka diri untuk bantuan asing kecuali beberapa negara yang diminta," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal dalam media gathering, Kamis (14/9).
Iqbal menambahkan bahwa KBRI Tripoli masih menjalin komunikasi resmi dengan pemerintah Libya terkait bencana tersebut, termasuk jika membutuhkan bantuan.
"Indonesia punya tradisi selalu among the first to help our brother countries," sambungnya.
Sejauh ini, sebut Iqbal, tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam bencana di kedua negara tersebut. Namun, pemerintah Indonesia masih terus memantau kondisi para WNI.
"Karena ini di daerah timur bencana di Libya, dan agak jauh dari Tripoli, maka it takes time for us untuk memastikan kondisi (WNI)," katanya lagi.
Advertisement