Liputan6.com, Beirut - Militer Israel mengonfirmasi bahwa seorang perwira seniornya tewas dalam konfrontasi dengan kelompok militan di perbatasan Lebanon pada Senin (9/10/2023).
Kekerasan mematikan pada Senin dimulai ketika sejumlah pria bersenjata melintasi perbatasan dekat Kota Dhayra di Lebanon. Militer Israel menyatakan mereka meresponsnya dengan dukungan helikopter tempur.
"Dua militan tewas dan satu melarikan diri kembali ke Lebanon," kata militer Israel, seperti dilansir BBC, Rabu (11/10).
Advertisement
Kelompok militan Palestina Jihad Islam mengakui infiltrasi tersebut dan menyebutnya adalah bagian dari "Operasi Badai Al-Aqsa" - nama yang diberikan oleh kelompok militan Hamas untuk serangan pada Sabtu 7 Oktober 2023.
Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa helikopternya menyerang posisi Hezbollah di Lebanon, termasuk dua pos pengamatan, setelah dua bom mortir ditembakkan ke Israel tetapi tidak menimbulkan korban jiwa.
Hezbollah kemudian mengumumkan bahwa tiga pasukannya tewas dalam serangan Israel di kota-kota dan desa-desa di Lebanon. Kelompok itu mengatakan bahwa mereka membalas dengan menembakkan roket dan mortir ke dua barak militer Israel.
Kelompok militan Hamas mengonfirmasi pula bahwa pejuangnya telah menembakkan roket ke wilayah Galilea, Israel, dari Lebanon.
Roket-roket tersebut dicegat atau jatuh di area terbuka, menurut militer Israel, yang membalas dengan menembaki dua pos pengamatan Hezbollah lainnya.
Konsekuensi Sangat Parah
Sebelumnya, juru bicara militer Israel memperingatkan konsekuensi yang sangat parah jika Hezbollah bergabung dalam konflik yang meningkat antara Israel dan Hamas di Gaza.
"Saya akan menasihati Hezbollah untuk melihat dengan hati-hati apa yang terjadi di Gaza hari ini terhadap Hamas," kata Peter Lerner pada Selasa (10/10) dalam wawancaranya dengan CNN. "Akan ada konsekuensi yang sangat parah jika mereka memutuskan untuk ikut serta."
Meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hezbollah – yang didirikan sebagai tanggapan terhadap invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 – telah memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik bersenjata di Timur Tengah bersamaan dengan pecahnya perang Hamas Vs Israel.
Israel sendiri telah meningkatkan serangan udaranya ke Gaza. Lerner mengungkapkan pihaknya berencana melakukan invasi darat ke wilayah itu.
Advertisement
AS Peringatkan Hezbollah: Jangan Cari Keuntungan
Sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), juga telah memperingatkan Hezbollah, yang merupakan kekuatan militer paling kuat di Lebanon dan pernah berperang dengan Israel pada tahun 2006, untuk tidak terlibat.
Dalam peringatan pertamanya pasca serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober, Presiden AS Joe Biden mengatakan, "AS memperingatkan pihak lain yang memusuhi Israel agar tidak mencari keuntungan dalam situasi ini."
Pernyataan Biden tersebut kembali dilontarkan oleh juru bicara Komando Pusat AS (CENTCOM) Letkol Troy Garlock.
"Siapa pun yang memusuhi Israel harus tahu bahwa Israel akan merespons dengan tegas, dan kami akan mendukung mereka," kata Garlock kepada Al Arabiya English.
"Presiden Biden telah memperjelas hal ini: tidak ada pihak yang memusuhi Israel boleh mencoba mengeksploitasi situasi ini."