Liputan6.com, Jakarta - Jakarta Fashion Week 2024 (JFW 2024) kembali sukses digelar membawa gaya berbusana dari sejumlah desainer ternama. Acara ini digelar selama sepekan mulai dari 23-29 Oktober 2023 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta.
Setelah berhasil unjuk diri selama 16 tahun, kali ini JFW 2024 mengangkat tema "Fashion Continuum: Bridging Generations."
Baca Juga
Tak hanya mengundang desainer tanah air, JFW 2024 juga menggandeng desainer internasional dari Australia melalui kerja sama dengan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia dan Pemerintah Negara Bagian Victoria Australia.
Advertisement
"Kedutaan Besar Australia dengan bangga mendukung para desainer dan pelaku industri kreatif Australia dan alumni Australia di Jakarta Fashion Week 2024, membantu mengembangkan ekonomi kreatif dan membuka jalur baru di pasar lokal dan internasional," kata Duta Besar Australia, Penny Williams PSM, pada sesi konferensi pers JFW 2024, Minggu (29/10/2023).
Pada kesempatan ini pula Dubes Australia menekankan pentingnya sentuhan budaya dalam industri fesyen.
"Apa yang membuat desain kontemporer di Indonesia dan Australia menjadi luar biasa adalah karena keterkaitan budaya yang dibawa ke dalam desain," tuturnya.
Tahun ini merupakan tahun keenam Australia turut serta dalam memamerkan karya desainnya di panggung Jakarta Fashion Week. Tema karya dari Negara Kangguru tahun ini adalah kreativitas dan keberagaman komunitas di industri fashion. Rancangan mereka dipamerkan pada hari terakhir JFW 2023.
2 Label Australia Dipamerkan
Merek dari Australia yang dipamerkan di acara ini diperkenalkan oleh Peter Naughton yang merupakan Direktur dari KIN Fashion, sebuah inkubator mode yang berbasis di Victoria. Merek tersebut merupakan Wa-ring dan Yanggurdi.Â
"Wa-ring adalah merek wanita kontemporer, yang sangat terkait dengan Annete Sax sebagai inspirasi hubungannya dengan negara dan budaya. Warna-warna yang akan Anda lihat adalah nada yang tercipta," jelas Peter Naughton pada sesi konferensi pers JFW 2024, Minggu (29/10/2023).
"Ini adalah gerakan yang sangat penting dan inspirasinya bukan dari mana pun, melainkan dari budaya," tambah Peter.
Sementara Yanggurdi dijelaskannya sebagai busana yang fokus dirancang untuk generasi muda, didesain secara khusus oleh Cassie Leatham, seorang seniman multidisiplin.
Tak hanya itu, Peter juga menambahkan mengenai pentingnya peran First Nations atau suku asli Australia dalam pembentukan identitas fesyen negaranya.Â
"Saya rasa banyak orang bertanya kepada saya tentang gaya Australia dan fesyen Australia. Tidak ada yang lebih otentik dari desain First Nations. Dan apa yang telah kita lihat selama beberapa dekade terakhir adalah kebangkitan mutlak keunggulan First Nations dalam budaya kreatif di bidang musik, tari, sastra, film, dan fesyen hanyalah bagian dari hal tersebut," pungkas Peter.
Advertisement
Label Tanah Air yang Turut Unjuk Diri
Australia pada kesempatan ini juga turut berbagi panggung dengan merek lokal tanah air yang berbasis di Jakarta yakni Danjyo Hiyoji.Â
Sosok dibalik label tersebut adalah Dana Maulana dan Michael Simiadi. Dana Maulana merupakan salah satu penerima Australia Awards International Business Readiness untuk sektor fashion dan tekstil pada tahun 2017.
"Sungguh, kami sangat senang bisa menjadi bagian dari kolaborasi ini. Dan Danjyo Hiyoji lahir di tahun 2009 lalu dan kami setiap tahun mengadakan pertunjukan," ungkapan suka cita Dana Maulana pada sesi konferensi yang sama.Â
Sebagai label yang mengedepankan mode individualitas dan modernitas dengan gaya chic dan menawan, Michael Simiadi menuturkan pendapatnya.
"Danjyo Hiyoji dari sudut pandang saya seperti basis komunitas, khususnya bagi generasi muda," katanya.
Michael juga menjelaskan koleksi yang akan dipamerkan.Â
"Koleksi hari ini kami akan menghadirkan koleksi fall winter yang namanya Alpha. Jadi inspirasi kami berasal dari penjajaran antara struktur dan aliran. Jadi itu yang kami tekankan pada permainan siluetnya. Jadi antara siluet tempat Anda memadupadankan dengan siluet yang lebih besar juga."
Dubes Australia Melihat Kesamaan Mengenai Pengaruh Budaya Antara Kedua Negara
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM menjawab pertanyaan mengenai karakteristik fesyen Australia dan apa yang mereka tawarkan untuk gaya berbusana di Indonesia. Ia menjelaskan kemungkinan untuk kolaborasi.Â
"Saya pikir poin yang saya katakan di awal adalah bahwa industri permainan dan fashion sangat dinamis, pertumbuhannya kecil, antusiasmenya tinggi sehingga kolaborasi bisa terjadi dengan mudah," katanya.
Ia juga menyoroti kesamaan antara kedua negara yakni desainer First Nations di Australia yang menggabungkan unsur-unsur alam dan warna-warna khas negara mereka dalam karya desain busana juga serupa dengan apa yang terjadi di Indonesia.Â
"Ketika saya melihat para desainer kontemporer Indonesia, saya dapat melihat budaya masa lalu dan saya melihatnya sebagai sesuatu yang dinamis dan baru serta dipikirkan dengan matang dan ketika saya melihat para desainer dari Australia, khususnya desainer First Nations, saya dapat melihat hal yang sama," jelas Penny Williams pada kesempatan yang sama.
"Ini mencerminkan pengaruh warisan budaya yang kaya namun diadaptasi ke dalam konteks kontemporer," pungkas Penny.
Advertisement