PBB: Lebih dari 40 Persen Warga Ukraina Butuh Bantuan Kemanusiaan

Sementara perang masih berlanjut, PBB menggarisbawahi bahwa kebutuhan kemanusiaan warga Ukraina akan semakin meningkat jelang Musim Dingin.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Nov 2023, 12:04 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2023, 12:04 WIB
Rusia Serang Ukraina
Keluarga sang tentara, ibu, saudara laki-lakinya dan ipar termasuk korban tewas. Salah satu korban sipil lain pun adalah anak laki-laki berumur enam tahun. (AP Photo/Alex Babenko)

Liputan6.com, Washington - Serangan Rusia menimbulkan penderitaan yang tidak terbayangkan bagi rakyat Ukraina dan lebih dari 40 persen dari mereka membutuhkan bantuan kemanusiaan. Hal tersebut diungkapkan Direktur Koordinasi Kantor Kemanusiaan PBB Ramesh Rajasingham di hadapan Dewan Keamanan PBB.

Rajasingham menuturkan bahwa ribuan warga sipil tewas dalam serangan terhadap rumah, sekolah, ladang, dan pasar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 20022. Kantor hak asasi manusia PBB secara resmi memverifikasi 9.900 warga sipil terbunuh, namun dia mengatakan bahwa jumlah sebenarnya tentu lebih tinggi.

"Warga sipil Ukraina menderita konsekuensi kemanusiaan yang mengerikan dan tingkat penderitaan yang tak terbayangkan akibat serangan Rusia," kata Rajasingham seperti dilansir ABC News, Jumat (3/11/2023).

"Sekitar 18 juta warga Ukraina – lebih dari 40 persen populasi – membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan menjelang Musim Dingin, kebutuhan akan semakin meningkat."

Rajasingham menegaskan bahwa kerusakan besar dan kehancuran infrastruktur penting terus memberikan dampak buruk atas akses warga Ukraina terhadap listrik, pemanas, air, dan telekomunikasi, yang menjadi perhatian khusus menjelang Musim Dingin yang semakin dekat.

Warga lanjut usia, penyandang cacat, dan pengungsi, sebut Rahasingham, merupakan kelompok yang paling berisiko.

Militer Rusia disebut secara metodis menargetkan pembangkit listrik Ukraina dan infrastruktur penting lainnya dengan serangan rudal dan drone selama Musim Dingin tahun lalu, mengakibatkan seringnya pemadaman listrik.

Untuk mempersiapkan diri menghadapi suhu beku pada Musim Dingin ini, kata pejabat PBB tersebut, komunitas kemanusiaan membantu orang-orang melakukan perbaikan dan memastikan sistem air dan pemanas berfungsi.

"Tujuannya adalah memastikan bahwa setiap warga sipil memiliki akses ke tempat yang aman dan hangat selama musim dingin mendatang," ujar Rajasingham.

"Warga Ukraina juga harus menghadapi berkurangnya layanan kesehatan."

Operasi Kemanusiaan Semakin Berbahaya

Serangan Rusia
Serangan Rusia di Ukraina selatan menjadi lebih intens minggu ini, setelah Presiden Vladimir Putin menarik Rusia dari kesepakatan masa perang yang memungkinkan Ukraina mengirim biji-bijian ke negara-negara yang menghadapi ancaman kelaparan.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memverifikasi lebih dari 1.300 serangan terhadap layanan kesehatan – lebih dari 55 persen dari seluruh serangan di seluruh dunia pada periode yang sama. Dan 111 pekerja layanan kesehatan dan pasien terbunuh, dengan 13 fasilitas kesehatan terdampak serangan sejak awal September.

"Ketika perang terus berlanjut, operasi organisasi kemanusiaan menjadi semakin berbahaya, dengan jumlah pekerja bantuan yang terbunuh meningkat tiga kali lipat dari empat orang pada tahun 2022 menjadi 14 orang sejauh ini pada tahun 2023," kata Rajasingham.

Terlepas dari risikonya, lebih dari 500 organisasi kemanusiaan – sebagian besar adalah organisasi lokal – memberikan bantuan kepada sembilan juta orang dalam sembilan bulan pertama tahun 2023, berkat lebih dari USD 2 miliar sumbangan para donor atas permohonan PBB sebesar USD 3,9 miliar. Sementara, lebih dari 40 persen permohonan masih belum didanai.

Wakil Duta Besar Amerika Serikat (AS) Robert Wood mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa serangan Rusia mengurangi kapasitas pembangkit listrik Ukraina menjadi sekitar setengah dari kapasitas sebelum perang. Dan antara Oktober 2022 dan Maret 2023, banyak warga sipil menghabiskan sekitar 35 hari tanpa aliran listrik.

Dia menuturkan serangan Rusia terhadap infrastruktur penting telah kembali terjadi, mempertaruhkan layanan penting dan memperburuk krisis kemanusiaan.

Wood merujuk pada suatu hari di September ketika Rusia meluncurkan 44 rudal ke fasilitas energi di enam wilayah dan pemerintah Ukraina melaporkan bahwa dari tanggal 11-12 Oktober, Rusia meluncurkan artileri, rudal, dan drone ke wilayah Kherson diperkirakan 100 kali.

Ukraina Menginginkan Bantuan Tambahan

Rusia Serang Ukraina
Menurut Zelenskyy, Rusia tahu wilayah itu merupakan area warga sipil. Ini menjadi serangan yang paling mematikan di wilayah tersebut sejak perang dilancarkan Rusia. (AP Photo/Alex Babenko)

Menurut Wood, sejak pertengahan Juli, ketika Rusia menarik diri dari inisiatif yang memungkinkan Ukraina mengirimkan gandum dan bahan makanan lain yang sangat dibutuhkan dari pelabuhan Laut Hitam, hingga pertengahan Oktober, serangan Rusia menghancurkan hampir 300.000 ton biji-bijian Ukraina.

"Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk terus memberikan dukungan kemanusiaan yang penting kepada Ukraina, termasuk mendukung upaya Ukraina memulihkan jaringan energinya," ungkap Wood.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyatakan bahwa yang menghantam "objek-objek sipil" adalah rudal Ukraina – bukan serangan udara Rusia. Dan dia menuduh Kyiv mengarang kebohongan tentang Rusia demi mendapatkan dukungan Barat agar memberikan lebih banyak bantuan militer.

Adapun Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menyampaikan terima kasih kepada PBB dan para donor karena telah membantu pemerintah dalam mempersiapkan Musim Dingin.

Dia mengatakan Rusia tidak menunjukkan niat untuk meninggalkan praktik "teroris" yang menargetkan infrastruktur sipil dan menekankan pentingnya mendapatkan sistem pertahanan udara tambahan demi menjaga fasilitas penting ini selama Musim Dingin.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya