Komisi HAM PBB Desak Iran Bubarkan Polisi Moral, Khawatir Kasus Mahsa Amini Terulang

Seruan ini disampaikan lantaran khawatir atas perlakuan polisi moral Iran terhadap para perempuan dan anak-anak perempuan di negara itu.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2023, 11:00 WIB
Wanita memegang foto Mahsa Amini dari Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, 21 September 2022. (AP)
Wanita memegang foto Mahsa Amini dari Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, 21 September 2022. (AP)

Liputan6.com, Jenewa - Aksi polisi moral jadi sorotan Komisi Hak-hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang kemudian mendesak Iran pada Jumat 3 Noveber 2023 agar segera membubarkan unit tersebut. Seruan ini disampaikan lantaran khawatir atas perlakuan Iran terhadap para perempuan dan anak-anak perempuan di negara itu.

Dalam kajian catatan HAM Iran, Komisi HAM PBB mengatakan Teheran seharusnya mengesahkan peraturan yang melindungi perempuan dan anak-anak perempuan dari segala bentuk kekerasan.

"Negara harus mengadopsi hukum komprehensif yang mengkriminalisasi segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan yang secara eksplisit menangani kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan dalam rumah tangga, dan kejahatan yang dilakukan atas nama ‘kehormatan’,” kata komite tersebut dalam laporannya, seperti dikutip VOA Indonesia, Minggu (5/11/2023). 

Desakan tersebut berangkat dari kasus Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun, yang meninggal dalam penahanan polisi moral tahun lalu karena melanggar aturan berhijab. Kematiannya memicu demonstrasi anti-pemerintah nasional selama berbulan-bulan.

Kematian Mahsa Amini melepaskan kemarahan yang terpendam selama bertahun-tahun atas sejumlah isu. Mulai dari absennya kebebasan berpolitik dan gaya hidup hingga kesulitan ekonomi. Demonstrasi tersebut memicu krisis legitimasi terburuk dalam beberapa dekade terhadap pemerintahan yang dipimpin ulama itu.

Komisi HAM PBB mengatakan "Iran harus mengamandemen atau mencabut hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan yang mengkriminalisasi tindakan ketidakpatuhan terhadap kewajiban berhijab dan membubarkan polisi moral."

Misi diplomatik Iran di Jenewa, Swiss, sejauh ini belum menanggapi permintaan untuk mengomentari laporan komisi itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tugas Polisi Moral Iran

Mahsa Amini meninggal setelah ia ditangkap polisi akibat tidak pakai hijab dengan benar. Warga Iran pun demo.
Mahsa Amini meninggal setelah ia ditangkap polisi akibat tidak pakai hijab dengan benar. Warga Iran pun demo. Dok: AP Photo

Polisi Iran dan milisi basij, yang terafiliasi dengan pasukan elit Garda Revolusi Iran, menegakan kewajiban cara berbusana di tempat umum dengan menggunakan kekerasan, menurut PBB dan sejumlah kelompok HAM.

Seorang perempuan yang tidak mengenakan hijab bisa mengalami perundungan, penahanan, denda dan bahkan pemenjaraan. Para aktivis yang mencoba menentang hukum-hukum itu, telah menjalani hukuman penjara.

Polisi moral sempat menghilang dari jalan-jalan di Iran setelah Amini meninggal dalam penahanan mereka. Namun, ketika protes-protes mereda, mereka kembali ke jalan-jalan dan kamera-kamera pengawas dipasang untuk mengidentifikasi dan menghukum perempuan yang tidak berhijab. 


Kronologi Kasus Mahsa Amini

Foto Mahsa Amini, wanita yang ditangkap polisi moral karena hijab.
Foto Mahsa Amini, wanita yang ditangkap polisi moral karena hijab. Dok: Twitter @AmnestyIran

13 September 2022: Salah Pakai Hijab 

Berdasarkan laporan AP News, Mahsa Amini ditangkap pada 13 September di Tehran. Ia sebetulnya bukan orang Tehran, tetapi hanya berkunjung dari daerah Kurdi di barat Iran.

Alasan ia ditangkap polisi moral adalah karena tidak memakai hijab dengan benar. Sesuai ketentuan yang berlaku di Iran.  

16 September 2022: Nyawa Melayang

Mahsa Amini kolaps ketika berada di kantor polisi. Tiga hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.

Polisi membantah melakukan kekerasan pada Mahsa Amini. Penyebab kematian wanita itu disebut karena masalah jantung. 

Namun, Amnesty Iran berkata kematian Mahsa Amini mencurigakan. Mereka meminta adanya investigasi kriminal bagi para polisi moral. 

"Semua agen dan penjabat yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan," tulis Amnesty Iran di Twitter. Protes masyarakat pun dimulai.

17 September 2022: Pemakaman 

Al Arabiya melaporkan Mahsa Amini dimakamkan pada Sabtu, 17 September 2022. Demo juga pecah di hari pemakaman itu. 

Para pendemo berkumpul di di Saqez, kota tempat tinggal Mahsa Amini. Mereka memberikan kecaman kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khomenei.

 


Selanjutnya

Orang-orang menggelar protes terhadap kematian Mahsa Amini, seorang perempuan yang meninggal saat berada dalam tahanan polisi di Iran, selama unjuk rasa di Roma tengah, 29 Oktober 2022. (AP Photo/Gregorio Borgia)
Orang-orang menggelar protes terhadap kematian Mahsa Amini, seorang perempuan yang meninggal saat berada dalam tahanan polisi di Iran, selama unjuk rasa di Roma tengah, 29 Oktober 2022. (AP Photo/Gregorio Borgia)

18 September 2022: Presiden Iran Telepon Keluarga Korban

Pada Minggu 18 September 2022, Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menelepon keluarga Mahsa Amini. Menurut laporan situs Iran International, pihak pemerintah berjanji akan menuntaskan kasus ini. 

"Anak perempuanmu dan semua gadis Iran adalah anak-anak saya juga, dan perasaan terhadap insiden ini seperti kehilangan anak-anak tersayang saya," ujarnya.

19 September 2022: Keterangan Polisi vs. Ayah Korban

Ayah dari korban, Amjad Amini, mengaku putrinya dipukuli saat di mobil polisi. Hal itu berbeda dari keterangan polisi yang berkata Mahsa Amini meninggal akibat masalah jantung. 

"Tidak jelas bagaimana ia dipukuli. Para wanita yang berada di ambulans berkata ia dipukul di kepala," ujar Amjad Amini kepada media Kurdi, Rudaw.

Amjad Amini juga menegaskan bahwa kabar di televisi Iran bahwa putrinya kolaps karena penyakit adalah kabar bohong.

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya