Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel mengaku bahwa serangan yang dilancarkan Hezbollah pada Minggu (12/11/2023), melukai tujuh tentaranya dan 18 orang lainnya.
Bentrokan antara kedua belah pihak dilaporkan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dan dikhawatirkan dapat menjadi front lain dalam perang terbaru yang berpusat di Gaza.
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Kisah Malang Mazyouna di Gaza, Wajahnya Hancur oleh Roket Israel dan Dilarang Mendapat Perawatan
Juru bicara utama militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, menuturkan bahwa serangan Hezbollah terhadap warga sipil Israel sangat serius. Dan serangan pada Minggu disebut insiden paling serius yang melibatkan warga sipil di sepanjang perbatasan sejak serangan udara Israel pada 5 November menewaskan seorang wanita dan tiga anak-anak.
Advertisement
Menurut Hagari, Israel fokus pada perang melawan Hamas di Gaza. Namun, juga tetap berada pada tingkat kesiapan yang sangat tinggi di utara dan siap mengambil tindakan lebih lanjut.
"Militer Israel memiliki rencana aksi untuk mengubah situasi keamanan di perbatasan utara," kata Hagari, seperti dilansir Ynet News, Senin (13/11), sehubungan dengan seringnya baku tembak di perbatasan dengan Lebanon.
"Kami tidak akan meninggalkan perbatasan utara dalam keadaan di mana warga wilayah utara tidak merasa aman untuk kembali (ke rumah)."
Hagari menambahkan, "Kami berada dalam tingkat kesiapan yang sangat tinggi di wilayah utara. Hezbollah dan pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas semua serangan yang datang dari Lebanon. Warga Lebanon akan menanggung akibatnya atas keputusan Hezbollah yang bertindak sebagai tameng bagi ISIS (merujuk pada Hamas)."
Menurut militer Israel seperti dikutip dari AP, tujuh tentara terluka ringan akibat peluncuran mortir di daerah Manara di Israel utara pada Minggu.
Militer Israel mengatakan mereka mengidentifikasi 15 peluncuran dari Lebanon selama satu jam pada Minggu dan sistem pertahanan mereka mencegat empat di antaranya. Sisanya jatuh ke area terbuka.
Ancaman Israel
Pada Sabtu (11/11), pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah menuturkan bahwa pihaknya menggunakan senjata baru termasuk drone penyerang untuk pertama kalinya dalam sejarah perlawanan di Lebanon. Kemudian para pejabat Israel pada Minggu mengonfirmasi penggunaan pertama rudal anti-tank oleh Hezbollah pada Minggu, yang melukai sejumlah pekerja Israel Electric Corporation di Dovev saat mereka memperbaiki saluran listrik yang rusak akibat serangan sebelumnya.
Pernyataan Nasrallah memicu peringatan dari Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Dia menegaskan bahwa warga Lebanon akan menanggung akibatnya.
"Apa yang kami lakukan di Gaza juga dapat kami lakukan di Beirut," ujarnya.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati memuji Hezbollah atas apa yang disebutnya patriotisme dan mengungkapkan dia telah menyusun rencana darurat tiga bulan jika terjadi perang besar yang melibatkan Lebanon.
"Hezbollah berperilaku sangat patriotik dan saya percaya rasionalitas gerakan ini. Yang paling penting bagi saya adalah menjaga Lebanon jauh dari perang. Kami selalu menginginkan stabilitas," ungkap Perdana Menteri Mikati, seperti dikutip dari The Guardian.
Advertisement
Intensitas Meningkat Sejak Serangan Darat ke Gaza
Pasukan Israel dan Hezbollah serta sekutunya telah bentrok di sepanjang perbatasan sejak perang Hamas Vs Israel dimulai pada 7 Oktober, yang diawali dengan serangan Hamas ke Israel selatan. Intensitas bentrokan antara Hezbollah dan militer Israel sendiri disebut meningkat ketika Israel melancarkan serangan darat di Gaza.
Pada Minggu pula, pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengungkapkan salah satu penjaga perdamaiannya terluka akibat tembakan di dekat Kota al-Qawza. Belum jelas dari mana asal penembakan itu atau apakah pasukan penjaga perdamaian menjadi sasaran atau terjebak dalam baku tembak. UNIFIL mengatakan sedang menyelidikinya.