Liputan6.com, Jakarta Hamdan Ballal, sutradara film Dokumenter No Other Land akhirnya kembali menghirup udara bebas setelah ditangkap oleh Israel. Dilansir dari BBC, ia dibebaskan pada Selasa (25/3/2025) lalu, setelah hampir 24 jam ditahan Israel.
Dalam pantauan media, ia keluar dengan baju bernoda darah dan tangan menutupi luka memar di wajahnya.
Baca Juga
Malam sebelum pembebasan, sutrdara dan aktivis Palestina ini sempat berbicara pada media yang berkumpul di luar mengenai situasi yang ia hadapi.
Advertisement
“Mereka menyerang rumahku,” kata dia, seperti diwartakan AP. Ia meneruskan, “(Mereka) memukuliku dan mengancamku dengan pistol. Ia juga dipaksa untuk tidur di bawah AC yang membuatnya menggigil, matanya ditutup, serta para tentara menertawakan soal dirinya yang merupakan pemenang Piala Oscar.
BBC juga melakukan penelusuran di lingkungan tempat tinggal Hamdan yang berada di tepi Susya, wilayah selatan Tepi Barat yang diduduki Israel.
Sebuah mobil keluarga berwarna abu-abu terparkir dengan ban kempes dan sobek, dengan jendela pecah dan wiper robek, menandakan situasi genting yang terjadi pada Senin malam lalu.
Pengakuan Sutradara Basel Adra
Suradara No Other Land lain yang juga rekan Hamdan Ballal, Basel Adra, menceritakan kesaksiannya soal kerusuhan Senin lalu. Ia melihat sekitar 15 warga Israel merusak rumah, mobil, tangki air, dan melemparkan batu kepada siapa pun.
“Sungguh berbahaya. Aku takut akan keselamatanku dan mulai memberi tahu orang-orang untuk lari. Kami berlari ke arah yang berbeda,” kata dia.
Basel menyebut Hamdan sebenarnya sudah mengunci diri di rumahnya. Namun karena ia berdarah dan membutuhkan bantuan medis, ia memanggil bantuan. Namun ujungnya, ia justru ditangkap.
Advertisement
Klaim IDF
Pasukan Pertahanan Israel atau IDF mengatakan kerusuhan ini bermula ketika "sejumlah teroris melemparkan batu ke warga Israel, merusak kendaraan mereka".
Setelahnya, kerusuhan pecah, dan warga Palestina dan Israel saling melempar batu.
Namun pernyataan ini dibantah oleh aktivis Amerika Josh Kimelman, dari Centre for Jewish Non-Violence.
Pengakuan Aktivis dari AS
“Dari yang kutahu, ada beberapa penggembala Palestina yang diganggu oleh para pemukim dan kemudian gerombolan warga mulai menyerang rumah-rumah di sini,” kata dia.
Josh Kimelman mengungkap bahkan ia dan rekan-rekan satu kelompoknya pun ikut diserang.
"Ada satu orang yang memulainya dan kemudian gerombolan yang terdiri dari sekitar 15 hingga 20 pemukim bertopeng mengikuti. Mereka meninju wajah dan leher seorang temanku, memukul yang lain dengan tongkat dan mendorongnya. Mereka juga melemparkan batu ke mobil kami."
Advertisement
