Liputan6.com, Jakarta - Erika Torres Luquin, penasihat lingkungan dari Kedutaan Besar Denmark di Indonesia menyoroti bahwa kegiatan Pandawara di Denmark mencerminkan kerja sama nyata antara Denmark dan Indonesia dalam menangani isu sampah.
"Saat ini, kami memiliki kerja sama sektor strategis yang juga memberi dukungan pada kelompok Pandawara. Ini adalah upaya nyata pemerintah dalam bekerja sama menangani masalah sampah, yang kami harapkan dapat terus berkembang," ujar Erika Torres Luquin pada program Liputan6 Climate Talk, Selasa (28/11/2023).
Baca Juga
Erika menjelaskan langkah-langkah yang tengah dilakukan oleh pemerintah Denmark untuk mencapai sistem pengelolaan sampah yang efisien.
Advertisement
"Kami berupaya mentransfer pengetahuan dan mendorong peningkatan kapasitas, pemerintah sedang mengembangkan kerangka kerja, dan memberikan dukungan kepada kelompok seperti Pandawara serta inisiatif lainnya untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih efisien," jelas Luquin.
Meskipun Denmark sebagai negara dengan populasi 5 juta jiwa tidak sebanding dengan Indonesia yang memiliki populasi 270 juta jiwa, Luquin yakin bahwa Denmark dapat mendukung Indonesia dalam mengatasi tantangan pengelolaan sampah.
Ia menyatakan bahwa upaya-upaya tersebut bertujuan untuk melindungi lingkungan, baik di Denmark, Indonesia, bahkan dunia.
"Semua upaya tersebut dilakukan untuk mendukung tantangan yang dihadapi Indonesia. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan Indonesia, tetapi bagi kita semua," tutur Luquin.
Luquin menggarisbawahi komitmen kerja sama kedua negara dalam sektor lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah.
"Kami berkeinginan kuat untuk mendukung Indonesia, dan kami juga berharap untuk mendapatkan inspirasi dari Indonesia dalam upaya bersama menuju sistem pengelolaan sampah yang lebih baik," ungkap Luquin.
Cara Pemerintah Denmark dalam Pengelolaan Sampah, Didukung Oleh Tingginya Kesadaran Masyarakat
Dalam kesempatan ini, Erika Torres Luquin turut menggambarkan pendekatan yang berbeda dalam pengelolaan sampah di Denmark, yang dapat menjadi inspirasi bagi banyak negara, termasuk Indonesia.
Luquin mengungkapkan bahwa di Denmark, tanggung jawab utama pemerintah adalah memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang bagaimana pengelolaan sampah dilakukan menggunakan dana yang mereka bayarkan.
"Di Denmark, setiap warga membayar pemerintah untuk mengelola sampah dengan benar. Konsep ini menjadi landasan bagi transparansi dalam mengelola sampah," tutur Luquin.
Luquin percaya bahwa tanggung jawab yang serupa juga dimiliki oleh pemerintah daerah di Indonesia untuk memberikan pemahaman yang jelas kepada warga seputar pengelolaan sampah.
Luquin menjelaskan bahwa pemerintah kota di Denmark menyediakan wadah khusus yang dilengkapi dengan stiker dan instruksi tentang tempat yang tepat untuk membuang sampah. Langkah-langkah tersebut termasuk pengumpulan, pengaturan ulang, daur ulang, dan pelaksanaan langkah sesuai hukum.
Advertisement
Belajar dari Denmark tentang Pengelolaan Sampah
Selain mengandalkan kinerja pemerintah, dalam pandangan Erika Torres Luquin, ada beberapa hal yang dapat dipelajari masyarakat Indonesia dari praktik pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Denmark.
Salah satunya adalah kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk dari pembuangan sampah sembarangan.
"Di Denmark, kami memiliki banyak lembaga, tokoh yang berpengaruh, dan kesadaran masyarakat tentang hal ini. Kami menyadari bahwa semua orang bertanggung jawab tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga bagi masa depan, seluruh masyarakat, dan kelestarian lingkungan," jelas Luquin.
Luquin kemudian menjelaskan bahwa solusi dari masalah sampah memerlukan kolaborasi dari semua pihak, termasuk masyarakat, produsen, dan pemerintah.
"Bila masyarakat menyadari konsekuensi dari perbuatan mereka, dan produsen membuat barang-barang dari plastik yang lebih mudah didaur ulang, serta pemerintah menyediakan sistem yang sesuai untuk membuang sampah plastik, maka perubahan besar dapat terjadi," jelas Luquin.
"Contohnya, ketika produsen bertanggung jawab dan memudahkan proses daur ulang, seperti yang terjadi pada botol soda dengan warna hijau yang sulit didaur ulang, sehingga kemudian dibuat putih agar dapat didaur ulang dengan mudah. Namun, inisiatif semacam ini juga memerlukan dukungan kebijakan," tambahnya.
Luquin menyatakan bahwa setiap individu, mulai dari warga negara Indonesia, pegawai pemerintah, anggota universitas, hingga tenaga kerja di sektor swasta, semuanya memiliki peran serta tujuan yang serupa dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Pandawara Studi Banding di Denmark, Yakin Bahwa Kesadaran Masyarakat Menjadi Hal Penting dalam Pengelolaan Sampah
Pandawara terbang ke Denmark untuk melakukan studi banding mengenai lingkungan, atas undangan dari Kedubes Denmark di Indonesia.
Setelah tiba di sana, Pandawara mempelajari beberapa aspek di Denmark dalam melakukan pengelolaan sampah. Salah satunya adalah tentang kesadaran masyarakat.
"Kita tidak bisa compare dengan apa yang kita lihat di Denmark dan Indonesia, tapi yang jelas main problem yang terjadi di Indonesia adalah kesadaran masyarakat," ujar Gilang, salah satu anggota Pandawara.
Menurut asumsi Pandawara, seperti yang diungkapkan oleh Gilang, teknologi secanggih apapun tidak akan berguna jika tidak ada kesadaran masyarakat, "Walaupun kita membuat teknologi secanggih apapun, jika tidak diseimbangi oleh kesadaran masyarakat. Hal itu juga menjadi pr utama kami sebagai kelompok lingkungan."
Satu hal lagi yang mereka pelajari di Denmark adalah pengenalan awal terhadap sistem pemilahan sampah kepada anak-anak. Ikhsan dari Pandawara mengungkapkan bahwa Indonesia perlu melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah kepada daerah yang belum terjangkau.
"Mungkin kalau di Indonesia hanya wilayah tertentu yang sudah melakukan pemilahan sampah dari rumah. Mungkin ada beberapa daerah di Indonesia yang belum terjangkau, dan diperlukan edukasi dan sosialisasi lebih lanjut," tutur Ikhsan.
Advertisement