Liputan6.com, Tripoli - Insiden kapal tenggelam yang membawa migran dilaporkan kembali terjadi. Kali ini berada di daerah Libya.
"Sekitar 61 migran, termasuk perempuan dan anak-anak, tenggelam setelah kapal karam tragis di lepas pantai Libya," kata International Organization for Migration (IOM) atau Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB seperti dilaporkan CNN, Minggu (17/10/2023).
Mengutip laporan korban selamat, kantor IOM di Libya mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa kapal tersebut telah meninggalkan kota pesisir Zuwara, yang terletak di sebelah barat ibu kota Tripoli dan 60 km (37 mil) dari perbatasan Tunisia, dengan sekitar 86 orang di dalamnya.
Advertisement
"Mediterania tengah terus menjadi salah satu rute migrasi paling berbahaya di dunia," kata badan PBB tersebut dalam postingannya.
Libya adalah titik transit utama di sepanjang rute Mediterania Tengah.
Setiap tahun, puluhan ribu orang melintasi perbatasan Libya. Tragedi di laut sering terjadi karena banyak orang melarikan diri dari konflik dan mencari kehidupan yang lebih baik.
Menurut angka terbaru yang dikeluarkan oleh badan pengungsi PBB UNHCR, lebih dari 2.500 orang telah meninggal atau hilang pada tahun ini saja di Mediterania Tengah dan “jumlah di wilayah lain di dunia kemungkinan besar akan sangat tinggi."
Laporan BBCÂ mengutip kantor berita AFP menyebut, IOM mengatakan sebagian besar korban insiden terbaru ini berasal dari Nigeria, Gambia, dan negara-negara Afrika lainnya.
Dikatakan juga bahwa 25 orang yang selamat telah dipindahkan ke pusat penahanan Libya dan diberi dukungan medis.
Menulis di X, sebelumnya Twitter, juru bicara IOM menyebut jumlah korban tewas tahun ini adalah "angka dramatis yang sayangnya menunjukkan bahwa tidak cukup upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa di laut".​
Insiden Serupa di Mediterania Pada Juni 2023
Pada bulan Juni, mengutip laporan BBC, sedikitnya 78 orang tewas dan 100 lainnya berhasil diselamatkan setelah sebuah kapal nelayan tenggelam di lepas pantai selatan Yunani.
Penyeberangan di Mediterania sering kali dipenuhi dengan banyak migran yang berdesakan di kapal yang terlalu kecil untuk menampung mereka dengan aman.
Mereka yang melakukan perjalanan biasanya berharap untuk mendarat di Italia sebelum melanjutkan perjalanan ke negara-negara lain di Eropa, ada yang melarikan diri dari konflik atau penganiayaan, ada pula yang mencari pekerjaan.
Lebih dari 153.000 migran telah tiba di Italia tahun ini dari Tunisia dan Libya, menurut badan pengungsi PBB.
Advertisement
Kapal Tenggelam di Italia, 41 Migran Tewas dan 4 Lainnya Selamat
Sebelumnya, 41 migran tewas dalam kecelakaan kapal di dekat Pulau Lampedusa, Italia. Para penyintas memberi tahu penyelamat bahwa mereka berada di atas kapal yang berangkat dari Sfax di Tunisia dan tenggelam dalam perjalanan ke Italia.
Empat orang yang selamat, berasal dari Pantai Gading dan Guinea, mencapai Lampedusa pada Rabu (9/8/2023). Demikian seperti dilansir BBC, Kamis (10/8/2023).
Para penyintas tiba di Lampedusa dalam kondisi kelelahan dan syok. Dokter Adrian Chiaramonte mengatakan mereka hanya mengalami luka ringan.
"Yang benar-benar mengejutkan kami adalah kisah tragedi itu," katanya. "Mereka mengatakan mereka bertemu dengan kapal pertama, yang tampaknya mengabaikan mereka. Satu jam kemudian mereka ditemukan oleh sebuah helikopter dan satu jam setelah penampakan itu, mereka dijemput oleh sebuah kapal tanker minyak."
Penjaga pantai Italia melaporkan dua kapal karam di daerah tersebut pada Minggu, namun tidak jelas apakah kapal yang ditumpangi para penyintas ini salah satunya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan bahwa para migran hanya memiliki sedikit peluang untuk bertahan hidup dalam perjalanan mereka ke Eropa.
"Para migran Sub-Sahara (yang berangkat dari Tunisia) terpaksa menggunakan kapal besi murah yang rusak setelah 20 atau 30 jam pelayaran. Dengan jenis laut seperti ini, kapal-kapal ini mudah terbalik," kata juru bicara IOM Flavio Di Giacomo kepada AFP.
Kapal Imigran dari Afghanistan Tenggelam di Kepulauan Channel, 6 Orang Tewas
Adapun sebanyak enam orang tewas pasca kapal yang mengangkut para migran tenggelam di Kepulauan Channel, lepas pantai Prancis pada Sabtu (12/8/2023) dini hari. Seluruhnya merupakan pria asal Afghanistan yang diperkirakan berusia 30-an.
Dilansir BBC, Minggu (13/8), penjaga pantai Prancis mengatakan kapal itu mengalami kendala di laut dekat Calais.Â
Sebanyak 59 penumpang, yang kebanyakan warga Afghanistan, diselamatkan oleh penjaga pantai Prancis dan Inggris. Sementara jumlah korban terluka masih belum diketahui pasti.Â
Wakil Jaksa Penuntut Umum Boulogne Philippe Sabatier mengatakan korban yang berhasil diselamatkan termasuk anak-anak.Â
Ototitas Pesisir Prancis Premar mengatakan sebuah kapal yang melintas membunyikan alarm sekitar pukul 04.20 waktu setempat, dan menyatakan bahwa kapal migran yang kelebihan muatan mengalami kendala di lepas pantai Sangatte.Â
Ketika kapal sekoci bantuan Prancis tiba, sejumlah orang telah tenggelam di laut dan beberapa di antaranya berteriak minta tolong.Â
Salah satu relawan penyelamat mengatakan bahwa para korban menggunakan sepatu untuk membuang air yang masuk ke kapal mereka.Â
Relawan asal Prancis Jean-Pierre Finot mengatakan, "Beberapa menderita mabuk laut dan kapal mereka kelebihan muatan sehingga tidak dapat lagi bergerak maju."
Berdasarkan wawancara dengan para penyintas, pejabat Prancis mengatakan ada 65 atau 66 orang yang berada di kapal. Seringkali, kapal yang kelebihan muatan membuat otoritas kesulitan mengetahui berapa jumlah penumpang sebenarnya.Â
Sementara 23 orang dibawa ke Dover dan 36 lainnya dibawa ke Calais, dua kapal Prancis masih melakukan pencarian terhadap dua orang yang hilang. Selain itu, Angkatan Laut Prancis turut mengerahkan sebuah pesawat dan helikopter untuk membantu upaya pencarian.Â
Anggota parlemen Calais Pierre-Henri Dumont mengatakan bahwa pihak berwenang sedang mewawancarai para korban yang kondisinya lebih baik, untuk mengetahui penyebab kecelakaan terjadi.Â
Advertisement