Kekurangan Makanan, Warga Gaza Terpaksa Olah Pakan Ternak Jadi Tepung

Semakin banyak warga Gaza yang berisiko kelaparan dan kekurangan gizi.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 11 Feb 2024, 08:01 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2024, 08:01 WIB
Potret Kondisi Pengungsi Palestina di Kota Rafah
Para wanita dan anak-anak mengantre untuk mendapatkan air di Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza pada 9 Februari 2024. (Mohammed ABED/AFP)

Liputan6.com, Gaza - Masyarakat yang tinggal di wilayah utara Gaza mengatakan bahwa anak-anak di sana tidak mendapat makanan selama berhari-hari karena izin masuknya bantuan semakin sulit. Akibatnya, beberapa warga terpaksa menggiling pakan ternak menjadi tepung sebagai salah satu cara bertahan hidup, meski stok biji-bijian juga dilaporkan semakin berkurang.

Dikatakan bahwa 300.000 orang yang diperkirakan tinggal di wilayah utara sebagian besar tidak mendapatkan bantuan, dan menghadapi risiko kelaparan yang semakin besar.

Dilansir BBC, Minggu (11/2/2024), masyarakat juga menggambarkan bahwa mereka menggali tanah untuk mengakses pipa air, yang dimanfaatkan untuk minum dan mencuci.

Mahmoud Shalabi, seorang pekerja bantuan medis setempat di Beit Lahia, mengatakan orang-orang telah menggiling biji-bijian yang digunakan untuk pakan ternak menjadi tepung, namun stok biji-bijian tersebut kini habis.

"Orang tidak menemukannya di pasar," katanya. "Saat ini alat ini tidak tersedia di bagian utara Gaza dan Kota Gaza."

Shalabi juga mengatakan stok makanan kaleng sudah habis.

"Apa yang kami dapatkan sebenarnya berasal dari enam atau tujuh hari gencatan senjata [pada bulan November], dan bantuan apa pun yang diizinkan masuk ke utara Gaza sebenarnya telah dikonsumsi sekarang. Apa yang dimakan orang-orang saat ini pada dasarnya adalah nasi, dan hanya nasi."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sulitnya Akses Bantuan Masuk

Potret Kondisi Pengungsi Palestina di Kota Rafah
Rafah merupakan kota paling selatan di Gaza yang telah menjadi pusat krisis kemanusiaan. (Mohammed ABED/AFP)

Badan koordinasi kemanusiaan PBB, Coordination of Humanitarian Affairs (Ocha), mengatakan lebih dari separuh misi bantuan di utara Gaza ditolak aksesnya bulan lalu, dan ada peningkatan campur tangan pasukan Israel dalam cara dan di mana bantuan disalurkan.

Hal tersebut kemudian dibantah oleh seorang juru bicara badan militer Israel yang bertugas mengoordinasikan akses bantuan di Gaza yang bulan lalu mengatakan, "tidak ada kelaparan di Gaza. Titik."

Badan tersebut, Cogat, berulang kali menyatakan tidak membatasi jumlah bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza.


Terancam Risiko Kelaparan

Pasukan Israel di area RS Al-Shifa di Gaza pada Rabu 15 November 2023. (Israel Defense Forces Via AP)
Pasukan Israel di area RS Al-Shifa di Gaza pada Rabu 15 November 2023. (Israel Defense Forces Via AP)

Lebih jauh, Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan kepada BBC minggu ini bahwa empat dari lima konvoi bantuan terakhir ke wilayah utara telah dihentikan oleh pasukan Israel, yang berarti ada jeda dua minggu antara pengiriman ke Kota Gaza.

"Kami tahu ada risiko kelaparan yang sangat serius di Gaza jika kami tidak memberikan bantuan pangan dalam jumlah yang sangat besar secara rutin," kata kepala regional WFP, Matt Hollingworth.

PBB juga telah memperingatkan bahwa kekurangan gizi akut di kalangan anak-anak di wilayah utara telah meningkat tajam, dan kini berada di atas ambang batas kritis sebesar 15 persen.


Banyaknya Misi Bantuan yang Ditolak

Pertempuran Israel Palestina
Keluarga-keluarga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis mengendarai traktor bersama barang-barang mereka menuju Rafah, Gaza, Palestina, Kamis (25/1/2024). Ribuan warga Palestina mengungsi dari Kota Khan Younis untuk menghindari pertempuran sengit antara tentara Israel dan pejuang Hamas yang kian intens. (AFP)

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Ocha) mengatakan ada peningkatan tajam dalam jumlah misi bantuan yang ditolak aksesnya ke Gaza utara: 56 persen pengiriman ditolak aksesnya pada bulan Januari, naik dari 14 persen pada bulan Oktober hingga Desember.

Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa militer Israel "terkadang memerlukan pembenaran" mengenai jumlah bahan bakar yang ditujukan untuk fasilitas kesehatan, dan "mengenakan pengurangan jumlah bantuan, seperti jumlah makanan".

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan
Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya