Tank-tank Israel Bergerak Lebih Dalam ke Rafah, Warga Gaza Dipaksa Kembali Mengungsi

Sejumlah kematian warga Gaza tercatat pada Rabu, termasuk di kamp pengungsi Al-Mawasi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Jun 2024, 10:02 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2024, 10:02 WIB
Potret Pilu Anak-anak Palestina di Tengah Serangan Israel
Seorang anak berjalan pergi dengan barang-barang yang diselamatkan dari reruntuhan bangunan yang terkena serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 15 Oktober 2023. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP)

Liputan6.com, Gaza - Tank-tank Israel yang didukung oleh pesawat tempur dan drone merangsek lebih jauh ke bagian barat Kota Rafah di Jalur Gaza pada hari Rabu (19/6/2024). Demikian menurut warga dan petugas medis Palestina.

Warga mengisahkan tank-tank Israel bergerak ke lima lingkungan setelah tengah malam. Penembakan hebat menghantam tenda-tenda keluarga pengungsi di daerah Al-Mawasi.

Petugas medis dan media Hamas mengatakan delapan warga Palestina tewas di Al-Mawasi dan banyak keluarga melarikan diri ke utara karena panik. Mereka tidak mengidentifikasi korban jiwa dan militer Israel mengaku pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.

"Satu lagi malam yang mengerikan di Rafah. Mereka melepaskan tembakan dari pesawat, drone, dan tank di wilayah barat untuk menutupi invasi mereka," kata seorang warga Rafah, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, seperti dilansir Reuters, Kamis (20/6).

"Peluru mendarat di daerah Mawasi dekat tempat orang-orang tidur, membunuh dan melukai banyak orang."

Sekitar delapan bulan setelah perang, tidak ada tanda-tanda akan berhentinya pertempuran menyusul upaya mediator internasional, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS), gagal membujuk Israel dan Hamas untuk menyetujui gencatan senjata.

"Dua belas warga Palestina juga tewas dalam serangan Israel yang menghantam sekelompok warga dan pedagang di selatan Jalur Gaza," kata sumber medis kepada Reuters pada hari Rabu.

Menurut sumber yang sama, warga diserang saat mereka menunggu konvoi truk bantuan melalui persimpangan Kerem Shalom di Jalan Salahuddin di timur laut Rafah.

Gaza Hancur, tapi Tujuan Israel Masih Belum Tercapai

Didesak Israel, 80.000 Pengungsi Palestina Tinggalkan Rafah
Seiring berlanjutnya serangan di Rafah, pasukan Israel meminta warga Palestina untuk meninggalkan kota tersebut. (Foto: AFP)

Pasukan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza dan merebut sebagian besar wilayah Palestina, namun belum mencapai tujuannya untuk memusnahkan Hamas dan membebaskan sisa sandera.

Seorang komandan Israel pada hari Selasa (18/6) menyebutkan dua lokasi lagi di Rafah, yakni Shaboura dan Tel Al-Sultan, di mana mereka berencana bertempur.

"Batalion Hamas di sana belum terlalu lemah dan kami perlu menghancurkan mereka sepenuhnya. Kami memperkirakan akan memakan waktu kurang lebih satu bulan, dengan intensitas seperti ini," ujar Kepala Brigade Givati Kolonel Liron Batito kepada Radio Angkatan Darat Israel.

Militer Israel masih menguasai perbatasan antara Rafah dan Mesir. Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan penyeberangan Rafah, satu-satunya jendela bagi sebagian besar penduduk Jalur Gaza dengan dunia luar, hancur, gedung-gedung dibakar, dan tank-tank Israel ditempatkan di sana dengan bendera Israel berkibar di beberapa lokasi.

Lebih jauh ke utara, Israel mengirim satu kolom tank kembali ke lingkungan Zeitoun di Kota Gaza dan penduduk melaporkan adanya tembakan hebat dari tank dan pesawat tempur, namun juga terdengar suara baku tembak dengan kelompok militan pimpinan Hamas.

Di pinggiran Kota Gaza lainnya, Sheikh Radwan, petugas medis mengonfirmasi bahwa serangan udara Israel terhadap sebuah rumah menewaskan empat warga Palestina, termasuk seorang anak.

Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam Palestina mengatakan mereka melawan pasukan Israel dengan roket anti-tank dan bom mortir, dan di beberapa daerah meledakkan alat peledak yang sudah dipasang sebelumnya.

PBB: Israel Kemungkinan Berulang Kali Langgar Hukum Perang

Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AP)

Militer Israel mengklaim bantuan ke Jalur Gaza tidak terhambat menyusul kerusakan besar-besaran yang terjadi.

Sementara itu, pada hari Rabu, kantor hak asasi manusia PBB menuturkan pasukan Israel kemungkinan berulang kali melanggar prinsip-prinsip dasar hukum perang dan gagal membedakan antara warga sipil dan kelompok militan dalam operasi mereka di Jalur Gaza.

Dalam laporan yang menilai enam serangan Israel yang menyebabkan banyak korban jiwa dan kehancuran infrastruktur sipil, Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyebutkan pasukan Israel "mungkin secara sistematis melanggar prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kewaspadaan dalam menyerang".

Misi permanen Israel untuk PBB di Jenewa menyebut analisis tersebut cacat secara faktual, hukum, dan metodologis.

Serangan darat dan udara Israel dipicu ketika militan pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menurut penghitungan Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.

Adapun serangan balasan Israel ke Jalur Gaza pada hari yang sama, menurut otoritas Kesehatan Jalur Gaza, telah menewaskan lebih dari 37.400 orang hingga saat ini dan menyebabkan sebagian besar penduduknya kehilangan tempat tinggal dan kemiskinan.

Pada November, gencatan senjata sempat terwujud selama sepekan, namun sejak saat itu upaya berulang kali untuk mencapainya kembali gagal. Hamas bersikeras mengakhiri perang dan menuntut penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak mengakhiri perang sebelum Hamas dibasmi dan para sandera dibebaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya