Menhan Israel Akan Kunjungi AS, Bahas Serangan Balasan terhadap Iran?

Cakupan target serangan balasan Israel terhadap Iran menjadi tanda tanya besar. Akankah menargetkan fasilitas nuklir atau minyak?

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Okt 2024, 12:08 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 12:08 WIB
Yoav Gallant.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. (Dok. AP Photo/Maya Alleruzzo)

Liputan6.com, Tel Aviv - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant akan mengunjungi Washington, Amerika Serikat (AS), pada hari Selasa (8/10/2024). Kunjungan itu berlangsung di tengah usaha mempertimbangkan cakupan serangan balasan Israel terhadap Iran.

"Siapa pun yang berpikir bahwa upaya untuk menyakiti kami akan menghalangi kami untuk mengambil tindakan, harus melihat (pencapaian kami) di Jalur Gaza dan Beirut," kata Gallant pada hari Minggu (6/10) saat mengunjungi pangkalan Angkatan Udara Nevatim, kurang dari sepekan setelah Iran menyerang Israel dengan ratusan rudal balistik, seperti dikutip dari The Jerusalem Post, Senin (7/10).

"Kami kuat dalam pertahanan dan serangan. Ini akan tercermin dalam cara yang kami pilih, pada waktu dan tempat yang kami pilih."

Presiden AS Joe Biden telah berterus terang tentang penentangannya terhadap serangan Israel yang akan menargetkan ladang minyak Iran atau fasilitas nuklirnya. KAN News melaporkan pada hari Minggu bahwa AS telah menawarkan insentif moneter kepada Israel untuk mengubah rencana serangannya.

Sementara itu, Duta Besar AS untuk Israel Jack Lew menyatakan pada hari Minggu, "Apa yang telah kami tegaskan secara publik adalah penting untuk tidak meningkatkan (kekerasan Israel-Iran) menjadi perang regional."

"Presiden telah menyampaikan sejumlah komentar publik yang menunjukkan hal-hal yang menurut kami dapat menimbulkan risiko terbesar terhadap memburuknya keadaan."

Lew menggarisbawahi bahwa keputusan untuk menghancurkan program nuklir Iran tidak harus diambil karena Israel telah mengalami beberapa pekan yang sukses dalam serangan militernya.


Peringatan Khamenei

Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei
Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei (Dok. AFP)

Melalui unggahan via platform media sosial X, pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Seyyed Ali Khamenei memperingatkan Israel dan AS untuk tidak merespons serangannya pada Selasa, 1 Oktober.

"Apa yang dilakukan angkatan bersenjata kami adalah memberikan hukuman minimum pada rezim zionis yang merampas kekuasaan sebagai tanggapan atas kejahatannya yang mengerikan. Rezim ini haus darah, rezim yang seperti serigala dan anjing gila AS di kawasan ini," tulis Khamenei.

"Operasi True Promise 2 (Janji Sejati 2) yang brilian dari angkatan bersenjata kita sepenuhnya legal dan sah. Dan jika perlu, ini akan dilakukan lagi di masa mendatang."

Jelang peringatan 7 Oktober 2023, Presiden Israel Issac Herzog memberikan wawancara langka kepada kantor berita Arab Saudi Al Arabiya, di mana dia menyerukan kepada rakyat Timur Tengah untuk bersatu dalam damai dan bagi mereka yang menentang Iran untuk menciptakan aliansi militer melawannya.

"Kita semua adalah anak-anak Abraham dan saya menyerukan kepada rakyat Lebanon, rakyat Iran, rakyat semua negara tertindas di kawasan ini untuk bangkit dan memahami bahwa jika kita menggerakkan kekaisaran jahat ini, jika kita menghadapinya dan bersikap keras bersama, kita pasti dapat berharap untuk masa depan yang lebih baik dan menciptakan struktur seperti NATO di kawasan ini yang menghalangi radikalisme," kata dia.

"Iran adalah satu-satunya negara di dunia yang menyerukan pemusnahan negara anggota PBB lainnya – yaitu Israel."

Herzog menambahkan, "Saya menyaksikan pidato pemimpin tertinggi. Tidak ada pesan yang mengakomodasi, mengulurkan tangan atau mengatakan, mari kita bergerak bersama, dua negara bersejarah yang hebat untuk membantu mengubah kehidupan orang-orang di Timur Tengah. Sebaliknya, Anda melihat Iran menghabiskan miliaran dolar uang warganya sendiri untuk mesin perang besar yang bertujuan menciptakan penderitaan dan malapetaka ... Iran menawarkan kehancuran. Kami menawarkan harapan."

AS, Prancis, dan Inggris telah mendukung Israel dalam pertempurannya melawan Iran.

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Sabtu (5/10) menyerukan embargo senjata terhadap Israel terkait amunisi ofensif yang digunakan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Macron dalam percakapan telepon pada hari Minggu bahwa embargo senjata terhadap Israel karena IDF memerangi Iran dan proksinya hanya akan memperkuat Iran.

"Iran mendukung semua bagian dari poros terorismenya. Israel mengharapkan teman-temannya untuk mendukungnya dan tidak memberlakukan pembatasan yang hanya akan memperkuat poros kejahatan Iran," kata Kantor Perdana Menteri Israel saat mengutip pesan yang disampaikan Netanyahu kepada Macron.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya