Salah satu piramida Suku Maya terbesar di Belize dibuldoser, rata dengan tanah. Puing-puing bangunan lalu dihancurkan untuk menambah material pembangunan jalan. Tragis!
Kepala Institut Arkeologi Belize, Jaime Awe mengatakan, penghancuran kompleks Nohmul di utara Belize terdeteksi pekan lalu. Piramida itu adalah pusat pemujaan 2.300 tahun lalu, adalah situs paling penting di wilayah yang berbatasan dengan Meksiko tersebut.
"Kami benar-benar tak habis pikir dengan ketidakpedulian dan ketidaksensitifan mereka...menggunakan puing piramida untuk membangun jalan!" kata Awe seperti dimuat News.com.au, Selasa (14/5/2013). "Menohok, rasanya seperti ditinju di perut. Mengerikan."
Kompleks Nohmul berada di tengah ladang tebu milik privat. Memang bentuknya tak megah seperti piramida yang telah direkonstruksi. Namun, Awe mengatakan para pembangun jalan itu tak mungkin tak tahu. Tak masuk akal mereka tak bisa membedakan gundukan tanah dengan bangunan piramida setinggi 100 kaki atau 30 meter itu.
"Mereka pastinya tahu itu adalah situs kuno. Tapi mereka abai," kata Awe. Perusahaan pembangun jalan, D-Mar Construction, dimiliki politisi UDP, Denny Grijalva.
Foto dari lokasi menunjukkan, backhoe mencakar bangunan piramida dari sisi samping, menyisakan inti bangunan yang terbuat dari batu kapur -- berupa seperti kamar sempit.
"Bayangkan saja, Suku Maya di masa lalu membangunnya hanya dengan alat-alat dari batu, memahatnya, dan mengangkat material penyusun bangunan di atas kepala, mendaki bukit kecil, dan kini mereka menggunakan alat-alat modern untuk menghancurkannya dalam sekejap," kata Awe.
Sementara Kepolisian Belize sedang menyelidiki kasus ini. Meski kompleks bersejarah ini berada di tanah pribadi, namun penghancuran peninggalan pra-Hispanik dilarang dalam UU.
Ini bukan kalinya hal serupa terjadi di Belize, sebuah negara di Amerika Tengah berpenduduk sekitar 350 ribu, ditutupi hutan, di mana ratusan reruntuhan Maya tersebar di sana.
Norman Hammond, profesor emeritus bidang arkeologi dari Boston University, yang pernah melakukan penelitian di Belize tahun 1980-an mengatakan, "Menghancurkan peninggalan Maya untuk membangun jalan adalah problem endemik di Belize."
Dan Belize bukan satu-satunya lokasi di mana karya Suku Maya sedang dihancurkan. Tapi juga di Meksiko, Guatelama, Honduras. "Bukan berlebihan saat saya mengatakan, peninggalan Maya sedang dihancurkan demi pembangunan di salah satu negara di mana Suku Maya pernah tinggal di masa lalu," tulis Francisco Estrada-Belli, seorang profesor di Tulane University.
"Sayangnya, banyak yang tidak menganggapnya serius," tambahnya. "Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menunjukkan bahwa itu adalah kejahatan besar dan mereka yang melakukannya bisa dikirim ke penjara."
"Peramal Kiamat"
Perlakuan terhadap peninggalan Maya tak sebanding dengan kehebohan terkait suku tersebut akhir 2012 lalu.
Saat itu isu kiamat merebak, membuat panik banyak orang di dunia, atau paling tidak penasaran dengan kabar "kiamat Maya" pada 21 Desember 2012, tepat berakhirnya kalender hitung panjang (Long Count) Maya.
Namun, senada dengan para ilmuwan, para ahli Maya menegaskan, alih-alih sebuah peringatan kiamat, hari itu diyakini sebagai awal dari era yang baru. Apa yang mereka ungkap benar adanya. Dunia belum kiamat. (Ein/*)
Kepala Institut Arkeologi Belize, Jaime Awe mengatakan, penghancuran kompleks Nohmul di utara Belize terdeteksi pekan lalu. Piramida itu adalah pusat pemujaan 2.300 tahun lalu, adalah situs paling penting di wilayah yang berbatasan dengan Meksiko tersebut.
"Kami benar-benar tak habis pikir dengan ketidakpedulian dan ketidaksensitifan mereka...menggunakan puing piramida untuk membangun jalan!" kata Awe seperti dimuat News.com.au, Selasa (14/5/2013). "Menohok, rasanya seperti ditinju di perut. Mengerikan."
Kompleks Nohmul berada di tengah ladang tebu milik privat. Memang bentuknya tak megah seperti piramida yang telah direkonstruksi. Namun, Awe mengatakan para pembangun jalan itu tak mungkin tak tahu. Tak masuk akal mereka tak bisa membedakan gundukan tanah dengan bangunan piramida setinggi 100 kaki atau 30 meter itu.
"Mereka pastinya tahu itu adalah situs kuno. Tapi mereka abai," kata Awe. Perusahaan pembangun jalan, D-Mar Construction, dimiliki politisi UDP, Denny Grijalva.
Foto dari lokasi menunjukkan, backhoe mencakar bangunan piramida dari sisi samping, menyisakan inti bangunan yang terbuat dari batu kapur -- berupa seperti kamar sempit.
"Bayangkan saja, Suku Maya di masa lalu membangunnya hanya dengan alat-alat dari batu, memahatnya, dan mengangkat material penyusun bangunan di atas kepala, mendaki bukit kecil, dan kini mereka menggunakan alat-alat modern untuk menghancurkannya dalam sekejap," kata Awe.
Sementara Kepolisian Belize sedang menyelidiki kasus ini. Meski kompleks bersejarah ini berada di tanah pribadi, namun penghancuran peninggalan pra-Hispanik dilarang dalam UU.
Ini bukan kalinya hal serupa terjadi di Belize, sebuah negara di Amerika Tengah berpenduduk sekitar 350 ribu, ditutupi hutan, di mana ratusan reruntuhan Maya tersebar di sana.
Norman Hammond, profesor emeritus bidang arkeologi dari Boston University, yang pernah melakukan penelitian di Belize tahun 1980-an mengatakan, "Menghancurkan peninggalan Maya untuk membangun jalan adalah problem endemik di Belize."
Dan Belize bukan satu-satunya lokasi di mana karya Suku Maya sedang dihancurkan. Tapi juga di Meksiko, Guatelama, Honduras. "Bukan berlebihan saat saya mengatakan, peninggalan Maya sedang dihancurkan demi pembangunan di salah satu negara di mana Suku Maya pernah tinggal di masa lalu," tulis Francisco Estrada-Belli, seorang profesor di Tulane University.
"Sayangnya, banyak yang tidak menganggapnya serius," tambahnya. "Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menunjukkan bahwa itu adalah kejahatan besar dan mereka yang melakukannya bisa dikirim ke penjara."
"Peramal Kiamat"
Perlakuan terhadap peninggalan Maya tak sebanding dengan kehebohan terkait suku tersebut akhir 2012 lalu.
Saat itu isu kiamat merebak, membuat panik banyak orang di dunia, atau paling tidak penasaran dengan kabar "kiamat Maya" pada 21 Desember 2012, tepat berakhirnya kalender hitung panjang (Long Count) Maya.
Namun, senada dengan para ilmuwan, para ahli Maya menegaskan, alih-alih sebuah peringatan kiamat, hari itu diyakini sebagai awal dari era yang baru. Apa yang mereka ungkap benar adanya. Dunia belum kiamat. (Ein/*)