Sekjen PBB Desak Evakuasi 2.500 Anak dari Gaza di Tengah Peringatan Risiko Kematian

Guterres tidak hanya mendesak evakuasi medis ribuan anak Palestina di Jalur Gaza, namun juga jaminan agar mereka dapat kembali ke kampung halaman mereka.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Jan 2025, 16:04 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2025, 16:04 WIB
Nasib Anak-anak Pengungsi Palestina di Hari Anak Sedunia 2024
Saat ini jutaan anak masih menghadapi masalah-masalah yang sering membuat mereka merasa terancam hingga menimbulkan rasa takut. Tampak dalam foto, seorang anak laki-laki Palestina membawa sebuah wadah plastik saat dia berjalan melewati puing-puing di samping sebuah bangunan yang hancur akibat pemboman Israel baru-baru ini di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 19 November 2024. (Eyad BABA/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta agar 2.500 anak segera dievakuasi dari Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis. Permintaan ini disampaikan setelah dia bertemu dengan dokter-dokter Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bahwa anak-anak tersebut berisiko tinggi meninggal dalam beberapa minggu ke depan.

Keempat dokter tersebut adalah sukarelawan yang bekerja di Jalur Gaza selama perang 15 bulan antara Israel dan Hamas. Perang telah menghancurkan wilayah kantong yang sebelumnya dihuni lebih dari 2 juta orang dan merusak sistem kesehatan di sana.

Guterres mengatakan bahwa dia merasa sangat terpukul setelah bertemu dengan para dokter asal AS pada Kamis (30/1/2025).

"Sebanyak 2.500 anak harus segera dievakuasi dengan jaminan mereka akan dapat kembali ke keluarga dan komunitas mereka," tulis Guterres di media sosial setelah pertemuan tersebut.

Beberapa hari sebelum gencatan senjata antara Israel dan Hamas dimulai pada 19 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 12.000 pasien sedang menunggu evakuasi medis dan mereka berharap proses evakuasi tersebut dapat dipercepat selama masa gencatan senjata.

Di antara pasien yang sangat membutuhkan perawatan tersebut adalah 2.500 anak, kata Feroze Sidhwa, seorang ahli bedah trauma asal California yang bertugas di Jalur Gaza dari 25 Maret hingga 8 April tahun lalu.

"Ada sekitar 2.500 anak yang berada dalam risiko kematian dalam beberapa minggu ke depan. Beberapa sudah meninggal sekarang. Beberapa akan meninggal besok. Beberapa akan meninggal hari berikutnya," kata Sidhwa kepada wartawan setelah pertemuan dengan Guterres seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (31/1).

"Dari 2.500 anak tersebut, sebagian besar membutuhkan perawatan yang sangat sederhana," tambahnya, menyebutkan contoh seorang anak laki-laki berusia 3 tahun yang menderita luka bakar di lengan.

Luka bakar tersebut telah sembuh, namun jaringan parutnya perlahan-lahan memutus aliran darah, sehingga anak tersebut berisiko diamputasi.

Israel Bungkam

Anak-anak Palestina menderita malnutrisi
“Situasinya sangat ekstrem di Gaza utara,” kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Gaza dan Tepi Barat. (AP Photo/ Jehad Alshrafi)... Selengkapnya

Ayesha Khan, seorang dokter darurat di Rumah Sakit Universitas Stanford, bertugas di Jalur Gaza dari akhir November hingga 1 Januari. Dia menceritakan banyak anak yang harus diamputasi, namun tidak memiliki prostetik atau rehabilitasi.

Dia menunjukkan foto dua saudara perempuan muda yang harus berbagi kursi roda. Mereka menjadi yatim piatu akibat serangan yang melukai mereka.

"Satu-satunya harapan mereka untuk bertahan hidup adalah dengan dievakuasi secara medis," ungkap Khan.

"Sayangnya, pembatasan keamanan saat ini tidak memungkinkan anak-anak untuk bepergian dengan lebih dari satu pengasuh. Pengasuh mereka adalah bibi mereka, yang memiliki bayi yang sedang disusui."

Khan menambahkan, "Jadi, meskipun kami telah berusaha keras untuk mengatur evakuasi bagi mereka, mereka tidak mengizinkan bibi tersebut membawa bayinya. Jadi bibi tersebut harus memilih antara bayi yang sedang disusuinya dan nyawa kedua keponakannya."

COGAT, badan pertahanan Israel yang berkoordinasi dengan Palestina, tidak memberikan tanggapan atas desakan Guterres untuk evakuasi medis 2.500 anak dan pertemuan yang dilakukannya dengan dokter-dokter tersebut. Misi Israel untuk PBB juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Para dokter menggarisbawahi mereka mendukung adanya proses yang terpusat untuk evakuasi medis dengan pedoman yang jelas.

"Di bawah kesepakatan gencatan senjata ini, seharusnya ada mekanisme untuk evakuasi medis. Kami masih belum melihat proses itu dijabarkan," kata Thaer Ahmad, seorang dokter ruang gawat darurat dari Chicago, yang bertugas di Jalur Gaza pada Januari 2024.

Khan mengatakan tidak ada proses yang jelas untuk mengeluarkan anak-anak tersebut.

"Dan apakah mereka akan diizinkan untuk kembali? Saat ini ada pembicaraan tentang membuka perbatasan Rafah hanya untuk keluar, namun keluar tanpa hak untuk kembali," ujar Khan

Pada awal bulan ini, sebelum gencatan senjata, WHO mengatakan bahwa 5.383 pasien telah dievakuasi dengan dukungan mereka sejak perang dimulai pada Oktober 2023, sebagian besar pada tujuh bulan pertama sebelum penutupan jalur Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya