Zelenskyy Siap Mundur demi Keanggotaan Ukraina di NATO

Bagaimana sikap Rusia atas hasrat Ukraina ingin menjadi anggota NATO.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 24 Feb 2025, 08:40 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 08:40 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump usai pertemuan mereka di Istana Presiden Elysee di Paris pada Sabtu (7/12/2024).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump usai pertemuan mereka di Istana Presiden Elysee di Paris pada Sabtu (7/12/2024). (Dok. Julien de Rosa/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Kyiv - Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Minggu (23/2/2025) - sehari sebelum ulang tahun ketiga invasi Rusia - bahwa dia siap mengundurkan diri sebagai presiden jika itu berarti Ukraina diterima menjadi aliansi militer NATO.

Zelenskyy telah mendesak agar Ukraina diberikan keanggotaan NATO sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan Rusia, namun aliansi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dilaporkan ragu menjanjikan hal tersebut.

"Jika ada perdamaian untuk Ukraina, jika Anda benar-benar membutuhkan saya untuk meninggalkan jabatan saya, saya siap... Saya bisa menukarnya dengan NATO," kata Zelenskyy dalam konferensi pers di Kyiv, seperti dikutip dari CNA, Senin (24/2). Dia menambahkan, "Saya akan segera mengundurkan diri jika diperlukan."

Zelenskyy dan Presiden Donald Trump telah terlibat dalam perang kata-kata sejak pejabat AS dan Rusia bertemu pekan lalu di Arab Saudi untuk pembicaraan tingkat tinggi pertama dalam tiga tahun. Langkah ini mengguncang kebijakan Barat untuk mengisolasi Kremlin dan membuat pemimpin Ukraina serta Eropa marah karena mereka tidak diundang.

Dalam serangkaian serangan verbal selama seminggu terakhir, Trump menyebut Zelenskyy sebagai "diktator", mengklaim Ukraina memulai perang, dan mengatakan Zelenskyy tidak populer di dalam negeri.

Zelenskyy mengaku dia tidak terhina dengan komentar Trump dan siap menguji popularitasnya dalam pemilu setelah keadaan darurat militer berakhir di Ukraina.

"Seseorang akan merasa tersinggung dengan kata 'diktator', jika dia adalah seorang diktator," ungkap Zelenskyy.

"Saya sangat berharap agar Trump bisa saling memahami," tambahnya, seraya menambahkan bahwa jaminan keamanan dari AS sangat dibutuhkan.

Pemimpin Ukraina itu juga meminta Trump untuk bertemu dengannya sebelum melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia menambahkan telah ada "kemajuan" dalam kesepakatan untuk memberikan akses preferensial bagi AS terhadap sumber daya penting Ukraina.

Menjanjikan

Siluet Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjalan bersama dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) di KTT G20 di Osaka, Jepang, pada tahun 2019.
Siluet Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjalan bersama dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) di KTT G20 di Osaka, Jepang, pada tahun 2019. (AFP/Brendan Smiaulowski)... Selengkapnya

Kremlin memuji dialog yang telah terjalin antara Trump dan Putin, yang oleh juru bicara Kremlin Dmitry Peskov disebut menjanjikan.

"Penting agar tidak ada yang menghalangi kita mewujudkan kemauan politik kedua kepala negara," kata Peskov kepada TV pemerintah.

Meskipun Zelenskyy mendesak mendapatkan bantuan keamanan jangka panjang dan Trump berbicara tentang kemungkinan kesepakatan perdamaian, belum jelas apakah langkah-langkah AS dapat mendekatkan Rusia dan Ukraina menuju gencatan senjata.

Peskov menegaskan bahwa Rusia tidak akan membuat konsesi teritorial dalam penyelesaian konflik. Rusia pun telah berulang kali menolak keanggotaan NATO bagi Ukraina.

"Rakyat telah memutuskan untuk bergabung dengan Rusia sejak lama," kata Peskov, merujuk pada pemungutan suara yang dilakukan di Ukraina timur yang diadakan di tengah perang, yang dianggap palsu oleh Ukraina, Barat, dan pemantau internasional.

"Tidak ada yang akan pernah menjual kembali wilayah-wilayah ini. Itu adalah hal yang paling penting," tambahnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Minggu (23/2) menyerukan agar kesepakatan perdamaian Ukraina tetap menghormati "integritas teritorial negara tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya