Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kembali mengajak banyak orang untuk bersatu dalam solidaritas, harapan, dan kekuatan tindakan kolektif dalam gerakan Earth Hour atau "Jam untuk Bumi" .
"Bumi membutuhkan Anda," tegas Sekjen PBB dalam pesannya seperti dilansir situs web PBB.
Baca Juga
"Bencana iklim yang disebabkan oleh manusia telah menjadi kenyataan. Kita baru saja mengalami tahun, dekade, dan suhu laut yang paling panas dalam catatan sejarah. Dan akibatnya, kita telah menyaksikan kebakaran hutan, badai, dan kekeringan yang luar biasa parah."
Advertisement
Pernyataan ini menggambarkan betapa mendesaknya situasi yang kita hadapi. Perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil, telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang masif. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh alam, tetapi juga oleh kehidupan manusia, dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam.
Meski demikian, di tengah tantangan ini, Sekjen PBB menegaskan bahwa masih ada harapan.
"Beralih dari bahan bakar fosil yang mencemari – penyebab utama kekacauan ini – menuju energi terbarukan menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi kita semua: lebih sehat, lebih murah, dan lebih aman," ujarnya.
Menutup akhir pesannya, Sekjen PBB mengatakan, "Oleh karena itu, mari bergabung dengan kami - matikan lampu pada 22 Maret pukul 20.30 malam waktu setempat. Berikan satu jam untuk Bumi. Dan gunakan kekuatan Anda untuk mendorong dunia yang lebih baik bagi kita semua."
Aksi sederhana ini bukan sekadar tentang menghemat energi selama satu jam, tetapi juga tentang menyuarakan pesan kuat bahwa kita semua memiliki peran dalam melindungi planet ini. Earth Hour dinilai menjadi pengingat bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil dan bersama-sama.
Sejarah Earth Hour
Mengutip earthhour.org, Earth Hour adalah gerakan akar rumput global yang diorganisir oleh WWF untuk menyatukan masyarakat dalam mengambil tindakan terhadap masalah lingkungan dan melindungi planet ini. Gerakan ini terkenal dengan acara "memadamkan lampu" yang pertama kali digelar di Sydney, Australia, pada tahun 2007. Sejak itu, Earth Hour telah berkembang pesat, melibatkan jutaan pendukung di lebih dari 185 negara dan wilayah. Gerakan ini tidak hanya menginspirasi individu dan organisasi di seluruh dunia untuk bertindak bagi lingkungan, tetapi juga mendorong perubahan kebijakan besar dengan memanfaatkan kekuatan massa. Momen memadamkan lampu selama satu jam menjadi simbol komitmen global yang lebih luas terhadap alam dan planet kita.
Mengapa Earth Hour diadakan pada akhir Maret?
Earth Hour diadakan pada akhir Maret karena saat itu terjadi ekuinoks musim semi di belahan Bumi utara dan ekuinoks musim gugur di belahan Bumi selatan. Hal ini membuat waktu Matahari terbenam di kedua belahan Bumi hampir bersamaan, sehingga menciptakan dampak visual yang kuat untuk momen global "memadamkan lampu".
Siapa pencetus ide Earth Hour?
Earth Hour berasal dari kelompok pemikir yang diprakarsai oleh salah satu pendirinya, Andy Ridley. Ide ini kemudian melahirkan kemitraan antara WWF-Australia, Leo Burnett, dan Fairfax Media untuk mengatasi masalah perubahan iklim.
Pada tahun 2007, isu perubahan iklim masih banyak diragukan dan bahkan ditolak oleh sebagian orang. Earth Hour hadir sebagai inspirasi untuk menyadarkan masyarakat tentang kenyataan perubahan iklim dan memulai dialog tentang langkah-langkah yang bisa diambil sebagai individu untuk membantu mengatasi tantangan lingkungan terbesar yang dihadapi planet ini.
Leo Burnett kemudian bermitra dengan WWF untuk mempromosikan ide ini dan mewujudkan kampanye Earth Hour di Sydney. Kini, kampanye ini telah melampaui batas Australia dan isu perubahan iklim, menjadi simbol pencarian global menuju masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Earth Hour tidak hanya sekadar acara memadamkan lampu, tetapi juga gerakan global yang menginspirasi tindakan nyata untuk menyelamatkan planet kita.
Advertisement
