Waspada Sindrom Kepala Meledak yang Mengganggu Tidur Anda!

Kondisi ini terdengar seperti dibuat-buat, tapi sindrom kepala meledak termasuk gangguan medis yang bisa membuat orang tak bisa tidur.

oleh Melly Febrida diperbarui 06 Mei 2014, 18:03 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2014, 18:03 WIB
Insomnia

Liputan6.com, London Waspadalah dengan sindrom kepala meledak (EHS). Kondisi ini terdengar seperti dibuat-buat, tapi sindrom kepala meledak termasuk gangguan medis yang menakutkan yang membuat seseorang tak bisa tidur.

Orang yang mengalami sindrom kepala meledak mendengar suara yang keras ketika akan tidur atau bangun tidur. Jenis kebisingan ini bisa bervariasi dari ledakan, suara kembang api hingga pintu dibanting, bunyi tembakan senjata, raungan besar, teriakan, guntur, atau petir. Suara tersebut mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa detik.

Sebelum mendengar suara keras, satu dari 10 penderita mengalami gangguan penglihatan seperti melihat petir. Ini mirip dengan gejala yang dialami beberapa orang sebelum sakit migrain.

"Berbeda dengan migrain, gejala visual yang singkat biasanya flash tunggal," kata Ahli Saraf di Walton Centre NHS Foundation, Liverpool, Nicholas Silver, seperti dilansir MailOnline, Selasa (6/5/2014).

Sindrom kepala meledak bisa menyebabkan sakit kepala ringan dan sensasi panas. Beberapa orang hanya mengalami sekali serangan di dalam kehidupannya, sementara yang lain ada yang mengalaminya tujuh kali dalam semalam.

Kondisi ini bisa menyebabkan masalah tidur dan yang lebih buruk menyebabkan takikardia, denyut jantung lebih cepat dari biasanya dan jantung berdebar-debar.

Dalam jangka panjang, sindrom ini bisa menyebabkan gangguan panik, depresi dan catastrophising, di mana pasien salah menafsirkan gejala sebagai tanda-tanda kondisi yang lebih serius, seperti stroke.

Gangguan medis tersebut lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya memengaruhi yang usianya di atas 50 tahun, meskipun ada juga laporan anak-anak berusia 10 tahun mengalaminya.

Penyebab sindrom ini belum diketahui. Tapi, salah satu teori menyebutkan ini terjadi karena masalah telinga, terutama yang memengaruhi tuba eustachius, yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang hidung dan tenggorokan.

Sindrom kepala meledak sering salah diagnosa sebagai migrain, sakit kepala cluster (sakit parah di satu sisi), sakit di belakang mata. Dengan salahnya diagnosa, orang dengan EHS bisa menerima pengobatan yang tak tepat.



Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya