LSD, Dahulu Diciptakan sebagai Obat untuk Gangguan Jiwa

Pada tahun 1940-an LSD digunakan sebagai obat untuk masalah kejiwaan.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 22 Jan 2015, 18:30 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2015, 18:30 WIB
LSD 7

Liputan6.com, Jakarta Christopher Daniel Sjarief (22), pengemudi mobil Outlander yang sebabkan kecelakaan maut di arteri Pondok Indah ternyata mengonsumsi lisergat dietilamida yang biasa disingkat LSD. Jika kini LSD dikenal sebagai salah satu narkoba, dulu di awal pembuatannya merupakan obat untuk masalah kejiwaan.

"LSD ini sudah lama ada, sejak tahun 1940-an. Dahulu digunakan oleh farmasi sebagai obat untuk masalah kejiwaan. Namun lama-kelamaan berubah fungsi sehingga yang digunakan adalah efek sampingnya, yakni psikedelik," tutur Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS dalam sambungan telepon dengan Health-Liputan6.com pada Kamis (22/1/2015).

Bahaya LSD muncul dalam dosis tinggi yang memunculkan halusinasi baik secara penglihatan maupun pendengaran. Halusinasi membuat seseorang yang sebenarnya tidak ada menjadi nampak nyata.

Tak cuma itu, dampak mengonsumsi LSD pun bisa memunculkan serangan panik atau panic attack selama berhari-hari sesudah penggunaan. Ia bisa sangat panik dan ketakutan terhadap sesuatu bisa saja orang tersebut mendadak bersembunyi karena panik. "Hal ini membuat pengguna LSD tak mampu mengontrol dirinya sendir," papar Diah.

"Efek LSD baru muncul setelah 30-90 menit setelah penggunaan, sangat individual, tergantung pencernaan masing-masing," tambah dokter Diah.

Dampak LSD yang tidak menyenangkan, membuat narkoba jenis ini memang tidak terlalu populer seperti heroin. Sehingga penggunanya sangat terbatas.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya