Liputan6.com, Jakarta Pasien-pasien hipertensi paru menjerit karena obat yang harus mereka konsumsi setiap bulannya membutuhkan dana sebesar jutaan rupiah.
Hipertensi paru adalah sebuah penyakit langka dimana kondisi tekanan darah antara jantung dan paru tinggi sehingga kemudian darah tidak bisa tersirkulasi dengan baik. Kondisi ini disebabkan oleh penyebab primer dan sekunder yang kemudian jika tidak diterapi dengan baik maka akan menimbulkan kematian akibat gagal jantung bagi para pengidapnya.
Kondisi ini di Indonesia kebanyakan dialami oleh kelompok perempuan dan anak. Kondisi rentan disaat seorang perempuan melahirkan dan mengalami emboli paru menjadi salah satu pemicu timbulnya penyakit ini yang cukup dominan.
“Sayangnya, banyak pasien yang belum terdiagnosa atau salah diagnosa dengan asma, ppok dll dikarenakan alat diagnosa yang kurang memadai dan dokter yang belum banyak mengenal hipertensi paru. Hal ini juga menyebabkan kebanyakan pasien didiagnosa saat sudah dalam tahap parah, sehingga sulit diobati dan tidak lama kemudian meninggal dunia", kata Indriani Ginoto, Koordinator dari Kelompok Dukungan bagi pasien Hipertensi Paru (www.phaindonesia.org).
Dengan segala keterbatasan, kelompok dukungan pasien ini menggunakan media Facebook "IndoPH Family" dan Blackberry Messenger untuk berkomunikasi satu sama lain guna berbagi informasi penyakit hipertensi paru, pengobatan maupun saling memberikan dukungan emosional guna menjaga semangat hidup.
Anggota dari Facebook Groups yang dibuat oleh kelompok dukungan ini mencapai 261 orang yang merupakan pasien dan keluarga dari pasien dari penyakit yang selama ini terabaikan. Jumlah pasien hipertensi paru sendiri diyakini masih ada ribuan dan jauh lebih besar dari jumlah yang bisa terhubung dengan kelompok dukungan pasien ini.
Jumlah pasien terdata yang masih sedikit membuat perhatian pemerintah ke kasus ini menjadi terbatas. Jika tidak diobati dengan baik, maka tingkat kegagalan jantung dari pasien hipertensi paru ini cukup besar bisa dipastikan bahwa pasiennya akan mengalami kematian.
Hal lain yang memberatkan bagi pasien penyakit ini adalah harga obat yang cukup mahal. Saat ini, obat yang cukup efektif untuk menerapi penyakit ini adalah sildenafil atau biasa dikenal dengan nama Patentnya Viagra.
“Harga obat ini mencapai 125 ribu rupiah untuk setiap butirnya (100mg), dan setiap pasien harus mengkonsumsi antara 75-150mg setiap hari sepanjang hidupnya. Pengeluaran pasien hipertensi paru untuk obat sildenafil ini sekitar 3-6 juta setiap bulannya belum ditambah dengan pengeluaran obat lain dan juga biaya konsultasi dokter.”, kata Indriani Ginoto.
Pasien hipertensi paru harus mengkonsumsi obat sepanjang hidupnya guna mencegah berkembangnya penyakit menjadi lebih parah. Hal ini membuat banyak pasien yang kemudian menyerah dikarenakan ketidakmampuan dalam membiayai pengobatannya dan meninggal dunia.
JKN sangat diharapkan bisa turut mengakomodir kebutuhan pasien akan obat ini. Selama ini, obat sildenafil belum masuk kedalam daftar formularium nasional yang bisa ditanggung oleh JKN, dikarenakan indikasi sildenafil untuk hipertensi paru (revatio - merek dagang sildenafil dari pfizer khusus untuk hipertensi paru) yang belum terdaftar di Indonesia.
"Kami sudah mengajukan hal pendaftaran ini ke kemenkes dan Pfizer Indonesia dan sedang dalam proses menunggu jawaban Pfizer Pusat. Kami harap Pfizer mengerti dan tidak memandang revatio ini dari segi farmaekonomi dan bisnis saja, tetapi dari segi kemanusiaan. Terutama bila kita melihat sidenafil (Viagra) yang merupakan produk blockbuster atau andalan utama Pfizer selama ini, dengan isi obat yang sama persis 100%, revatio bisa menolong nyawa banyak orang, tentu hal ini harus menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan tentang revatio", jelas Indri.
"Kami pasien sangat berharap Jokowi, Menkes Prof Nila Moeloek dan pihak farmasi bisa memahami kesulitan kami ini dan menindaklanjuti proses yang sudah berjalan sehingga dapat berjalan dengan lancar, memahami bahwa ini adalah lifesaving drug, memahami bahwa jumlah kami yang sedikit ini menyulitkan suara kami untuk dapat terdengar, dimana hal ini tentu tidak menghilangkan hak kami sebagai manusia untuk hidup, terutama dengan komitmen kuat yang ditunjukkan pemerintah tentang hak hidup dan sehat melalui program JKN maupun Indonesia Sehat yang ada", tutup Indriani Ginoto.
Harga Obat Selangit, Pasien Hipertensi Paru Menjerit
Pasien-pasien hipertensi paru menjerit karena obat yang harus mereka konsumsi setiap bulannya membutuhkan dana sebesar jutaan rupiah.
diperbarui 31 Mar 2015, 12:28 WIBDiterbitkan 31 Mar 2015, 12:28 WIB
Seorang wanita, Katie Goard (25) ditemukan tidak bernyawa setelah minum obat pelangsing dan kafein.... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Link Live Streaming Liga Inggris Brentford vs Liverpool di Vidio, Sebentar Lagi Kick-off
Polisi Ungkap Pabrik Narkoba di Depok, 4 Tersangka Diamankan
Belum Kantongi Sertifikat Operator Udara, Kapan Maskapai Baru Fly Jaya Beroperasi?
Anggota DPR Netty Dukung Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Ajak Masyarakat Pastikan Kartu BPJS Aktif
Ramai Dibahas, Apa Itu Lavender Marriage yang Dikaitkan dengan Artis Ternama?
International Global Network Gelar AYIMUN ke-16 di Malaysia, Saring 1.000 Anak Muda dari 38 Negara dan Gandeng 6 Duta Besar
Starbucks Bakal Pangkas Karyawan pada Maret 2025, Ini Alasannya
Link Live Streaming Liga Inggris Arsenal vs Aston Villa, Minggu 19 Januari 2025 Pukul 00.30 WIB di SCTV dan Vidio
4 Fakta Terkait Banjir Besar di Kota Bandar Lampung, Terjang 17 Wilayah
Dikenal sebagai Viagra Jawa, Tanaman Liar Tapak Liman Bisa Tingkatkan Gairah Seksual
Infinite Kembali Konser di Jakarta Setelah 10 Tahun: Semuanya Lebih Cantik Ya!
VIDEO: Viral Maling Motor Apes Gagal Terobos Portal di Persada Bekasi