Liputan6.com, Jakarta Zaman terus berubah dengan cepat. Seiring dengan perubahan tersebut, harapan orang terhadap segala hal juga semakin meningkat. Termasuk di dalamnya adalah harapan terhadap penghasilan dan perbaikan tingkat sosial ekonomi dalam keluarga.
Meningkatnya harapan ini mengakibatkan banyak orang kemudian bekerja semakin keras. Di dalam banyak keluarga zaman sekarang, terjadi juga berbagai perubahan pola termasuk dalam tanggung jawab mencari nafkah di luar rumah. Jika di masa lalu, seoarang ayah adalah sosok yang paling bertanggung jawab untuk bekerja dan mencari nafkah, pada zaman sekarang, sosok ibu pun juga sudah mulai banyak yang turun di dunia kerja termasuk bekerja di luar rumah.
Baca Juga
Semakin banyaknya sosok ibu dalam keluarga yang masuk dalam dunia kerja di luar rumah dan meninggalkan keluarganya ternyata membawa konsekuensi yang cukup signifikak khususnya terkait dengan pengasuhan anak. Dalam budaya masyarakat kita di masa lalu, tugas pengasuhan anak didominasi oleh ibu. Para ibu dalam keluarga-keluarga tradisional mengasuh anaknya di rumah. Mereka tidak melakukan pekerjaan mencari nafkah khususnya di luar rumah. Oleh karenanya, waktu dan perhatiannya benar-benar dapat difokuskan untuk membesarkan anak-anaknya dari lahir hingga dewasa. Akan tetapi, pada saat ini, di saat para ibu mulai ikut bekerja bahkan menjadi tiang penyangga kehidupan sosial ekonomi yang tidak kalah pentingnya dari para suaminya, tugas pengasuhan anak mulai bergeser. Sebagian menyerahkan anak pada pembantu atau baby sitter dan sebagian yang lainnya menitipkan anaknya di daycare. Beberapa keluarga yang lain mempercayakan pengasuhan anaknya, khususnya saat mereka bekerja di siang hari, pada kedua orangtuanya yang berarti kakek dan nenek dari anak-anaknya. Hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga besar (extended family) di masa lalu yang memberikan ruang untuk sosok lain di luar keluarga inti misalnya kakek, nenek, paman, bibi, dan anggota keluarga lainnya untuk berperan dalam kehidupan sehari-hari keluarga inti termasuk di dalamnya dalam pengasuhan anak.
Advertisement
Menguntungkan
Menyerahkan pengasuhan pada anggota keluarga yang menjadi bagian dari keluarga besar yang dalam hal ini adalah sosok kakek dan nenek memang memiliki keuntungan tersendiri.
- Bantuan secara teknis dan finansial
Keuntungan pertama adalah keuntungan yang bersifat teknis dan finansial. Hadirnya kakek dan nenek yang ikut mengasuh cucu-cucunya jelas sangat mempermudah kedua orangtua yang bekerja. Mereka tidak perlu memikirkan bagaimana kehidupan dan pengasuhan anak-anaknya sendiri di saat mereka bekerja. Kakek atau nenek dapat melakukan berbagai fungsi pengasuhan bagi cucu-cucunya seperti merawat,menemani bermain, hingga mengantar ke sekolah. Selain itu, karena masih merupakan kakek dan neneknya sendiri, umumnya tidak perlu ada biaya yang dikeluarkan dalam jumlah besar seperti halnya jika harus mendatangkan babby sitter atau menyerahkan pengasuhan anak pada daycare. Hal ini tentu saja merupakanbantuan finansial yang signifikan khususnya bagi keluarga-keluarga muda yang sedang menata dan membangun perekonomian keluarga mereka
- Anak ditangani oleh orang yang relatif bisa dipercaya
Kakek dan nenek adalah sosok yang tentu saja telah di percaya karena mereka adalah orangtua dari bapak atau ibu sang anak. Meskipun pada umumnya sudah berusia lanjut, kakek dan nenek memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam merawat dan mengasuh anak. Hal ini tentu saja akan membuat orangtua akan merasa lebih tenang saat meninggalkan anak-anak mereka di bawah pengasuhan kakek dan neneknya
- Kebahagiaan untuk sang kakek dan nenek itu sendiri
Salah satu beban hidup hidup bagi mereka yang sudah semakin lanjut usia adalah kesepian. Setelah tidak bekerja karena pensiun atau faktor usia, sedikit demi sedikit, orang-orang dekat di sekitarnya mulai pergi. Mulai dari kehilangan teman kerja karena sudah tidak lagi bekerja hingga perginya anak-anak dari rumah misalnya karena menikah. Hal ini bagi banyak orang yang berusia lanjut dapat membuat mereka kehilangan semangat hidup. Dipercayanya kakek dan nenek dalam mengasuh cucu-cucunya akan dapat membangkitkan semangat hidup mereka kembali. Meskipun tidak seperti ketika mereka masih muda karena dibatasi oleh usia, kakek dan nenek akan menjadikan pengasuhan pada cucu-cucu mereka sebagai bahan bakar yang dapat menggerakkan kembali roda kehidupannya yang seringkali sudah mulai melambat
Advertisement
Catatan penting
Meskipun memiliki berbagai macam keuntungan, ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian saat menyerahkan pengasuhan anak-anak pada sosok kakek dan nenek.
- Anak cenderung terlalu dimanjakan oleh kakek dan neneknya
Pada umumnya, kakek dan nenek sangat mencintai cucu-cucunya. Perhatian kepada cucu-cucunya dalam banyak kasus tampak sangat besar bahkan ada yang lebih besar dibanding perhatian kedua orangtua sang anak sendiri kepada anak-anaknya. Banyak yang kemudian membuat cucu-cucunya menjadi terlalu dimanjakan. Hal ini dapat dipahami karena selain kepentingan untuk menjaga dan melakukan pengasuhan, sikap sang kakek dan nenek pada cucu-cucunya juga didorong oleh kembalinya makna dan semangat hidup mereka sesudah mengalami banyak kehilangan dan kemudian kesepian di masa tua. Selain itu, di masa tuanya, sosok kakek dan nenek telah “kehilangan” banyak pekerjaan dan kesibukannya. Hadirnya sang cucu tercinta di usia senjanya yang memberikan kesibukan tersendiri membuat mereka memberikan perhatian yang kadang kala berlebihan. beberapa kakek dan nenek bahkan lebih memanjakan cucu-cucunya dibanding ketika mereka dulu mengasuh anak-anaknya sendiri di masa mudanya. Menghadapi hal ini, sosok kakek nenek perlu mawas diri. Mereka perlu melihat lebih jernih bahwa kehadiran cucu dalam kehidupan mereka bukanlah cara untuk mengalihkan kesepian mereka di masa tua semata. Tujuan utama mereka membantu mengasuh cucu-cucunya adalah demi kepentingan kehidupan cucu-cucunya tersebut. Oleh karenanya tidak selayaknya kakek dan nenek terlalu memanjakan cucu-cucunya yang justru dapat berakibat buruk pada perkembangan cucu-cucunya tersebut.
- Terjadi perbedaan cara mengasuh
Meskipun berada dalam satu keluarga besar, bisa saja terjadi perbedaan cara dalam pengasuhan. Kakek/nenek merasa lebih tahu karena pengalaman sedangkan anak-anak mereka yakni orangtua dari cucu-cucunya merasa memiliki pengetahuan yang lebih baru misalnya lewat pendidikan atau informasi terbaru yang di dapat lewat media. Perbedaan-perbedaan ini dapat menimbulkan dampak buruk karena tidak konsistennya cara pengasuhan yang diterima anak. Misalnya saja satu pihak memperbolehkan anak menonton televisi di jam tertentu dan pihak yang lain melarangnya. Anak akan bingung untuk mengikuti yang mana. Pada tingkat yang lebih kompleks, anak dapat melakukan tindakan yang agak manipulatif dengan memilih yang lebih menguntungkannya. Menghadapi masalah ini, kedua belah pihak perlu berdiskusi dan membuat kesepakatan bersama mengenai apa yang perlu dan yang tidak perlu pada anak. Pilihan cara pengasuhan bukan didasarkan pada kepentingan pengasuh semata namun lebih-lebih adalah pada kepentingan anak. Misalnya saja boleh tidaknya anak makan sesuatu bukan didasarkan pada keinginan untuk membelikan makanan demi menyenangkan anak namun apakah makanan tersebut sehat atau tidak untuk dikonsumsi anak
- Terjadi persaingan dalam mengasuh anak
Ketika kedua pihak sama-sama merasa memiliki hak untuk mengasuh anak, akan dapat terjadi persaingan dalam mengasuh anak. Persaingan tersebut dapat menimbulkan keretakan hubungan pada kakek/nenek dengan anak-anak mereka yaitu kedua orangtua dari cucu-cucunya. Selain merugikan kedua belah pihak, keretakan hubungan juga akan merugikan perkembangan sang anak. Untuk menghadapi masalah ini, kedua pihak perlu menyadari bahwa keduanya sama-sama “membutuhkan” kehadiran anak atau cucu tersebut namun tidak boleh mendominasi. Kehadiran anak dan cucu tersebut dan pengasuhan dalam kehidupannya tidak lepas dari kontribusi kedua pihak. Oleh karenanya, daripada saling bersaing, kedua belah pihak sebaiknya melakukan kerja sama dalam melakukan proses pengasuhan.
Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta