Liputan6.com, London - Sebuah laporan `Unprotected, Overprotected` mengungkap angka signifikan dari anak-anak berkebutuhan khusus rentan atau tak terlindungi dengan baik dari eksploitasi seks karena persepsi yang keliru bahwa mereka tak perlu edukasi seks atau informasi tentang bagaimana agar tetap aman ketika online atau dalam suatu komunitas.
Para peneliti yang ditugaskan oleh Comic Relief dan dilaksanakan oleh Barnado's, The Children's Society, British Institute of Learning Disabilities (BILD), Paradigm Research dan Coventry University meminta pemerintah Inggris untuk segera mengambil tindakan.
Mereka menekankan pada kebutuhan untuk melatih para profesional dan penyedia jasa untuk bersama-sama mencegah, mengidentifikasi, dan menyediakan dukungan yang efektif bagi anak-anak tersebut. Mendukung para orangtua dan aksi kesadaran dari komunitas juga sangat penting guna memastikan anak-anak dengan masalah kemampuan belajar aman dari eksploitasi seksual, dikutip dari laman Medindia, Selasa (15/9/2015).
Advertisement
Martin Crewe, direktur Bernardo's Scotland mengatakan, "Laporan ini menggarisbawahi anak-anak dan remaja berkebutuhan khusus sangat rentan mengalami eksploitasi seksual."
"Kurangnya kesadaran akan kebutuhan anak-anak rapuh ini masuk ke dalam tangan para pelaku eksploitasi seksual. Para profesional yang bekerja dengan anak-anak harus mendapat pelatihan untuk mengenali risiko yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus agar mereka tetap aman," tambahnya.
Matthew Reed, pemimpin eksekutif dari The Children's Society mengungkap, "Jelas sekali dari penelitian kami bersama orang-orang muda, anak berkebutuhan khusus sangat rentan terhadap eksploitasi seksual. Mereka perlu diberi pengetahuan yang bisa membantu mereka melindungi diri sendiri. Agar mereka paham kapan mereka berada dalam ancaman dan seperti apa bentuk hubungan yang baik. Sangat penting mereka mendapat edukasi seks dan hubungan yang pantas agar mereka tetap aman."
Â