Liputan6.com, Jakarta Cerita sukses para pemilik Startup seperti Gojek, Kaskus, dan Bukalapak menjadi daya tarik generasi milenial untuk melakoni hal serupa. Kini, menjadi karyawan di perusahaan mentereng dengan gaji per bulan di atas UMR tak lagi menjadi daya tarik bagi mereka. Mereka yakin bisa menjadi enterpreneuner (wirausaha) yang sukses.
Sayang, obsesi menjadi enterpreuner ini dilakukan tanpa persiapan dan pada akhirnya berakhir dengan kegagalan atau tidak berjalan seperti yang mereka bayangkan. Ya, hal ini umum sekali terjadi pada mereka yang hanya melihat sesuatu dari hasil akhir saja tanpa mengetahui bagaimana proses sampai akhirnya mencapai kesuksesan.
Advertisement
Baca Juga
Â
Advertisement
Baca Juga
"Mereka melewatkan yang namanya how to. Mereka malas mencari informasi padahal kemudahan sudah ada. Selain itu kemampuan pendukung atau skill kurang. Kemalasan ini yang menghambat kesuksesan mereka," kata Dosen Fakultas Psikologi UI, Ivan Sudjana, M.Psi di diskusi Forum NGOBRAS ditulis Sabtu (16/4/2016)
Ivan mengatakan tidak semua generasi milenial cocok menjadi seorang enterpreuner. Perlu karakteristik kepribadian yang kua, terutama dalam hal daya tahan atau resiliensi (daya lenting). Kegagalan tidak selalu dijadikan pelajaran oleh mereka. "Berbeda sekali dengan generasi sebelum mereka, daya lentingnya lebih kuat," kata Ivan menambahkan.
Lebih lanjut ada pengaruh dari didikan orangtua yang lebih memanjakan anak-anak yang berasal dari generasi milenial ini. Hukuman fisik pada anak sangat berkurang sehingga daya tahan mereka pun berbeda.