Orangtua Nyoblos di Pilkada DKI 2017 Beri Keuntungan untuk Anak

Terlibat dalam kegiatan politik seperti nyoblos di Pilkada DKI 2017, ternyata juga memberi keuntungan bagi anak.

oleh Nilam Suri diperbarui 16 Feb 2017, 14:20 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2017, 14:20 WIB
Nyoblos di Pilkada DKI 2017
Memiliki orangtua yang nyoblos di Pilkada DKI 2017, seperti Jessica Iskandar, ternyata memberikan keuntungan juga bagi anak.

Liputan6.com, Jakarta Sebelumnya sudah dibahas, ikut nyoblos pada pemilihan umum seperti Pilkada DKI 2017, memberikan manfaat kesehatan--baik fisik atau mental. Dan hal ini ternyata tidak eksklusif untuk para pencoblos saja.

Para peneliti mengatakan, anak-anak dan remaja juga bisa mendapatkan keuntungan dari diskusi politik, atau dari memiliki orangtua yang terlibat dalam kegiatan politik--seperti nyoblos.

"Orangtua yang berbicara pada anak tentang apa pendapat mereka tentang pemilihan suara dan menggunakan hak suara mereka bisa membantu anak-anak untuk jadi warga negara yang aktif dan terlibat," ujar Marc Zimmerman, psikolog dan profesor di University of Michigan's School of Health. Melansir WebMD, Kamis (16/2/2017).

Riset juga menunjukkan, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan masyarakat atau komunitas lebih kecil kemungkinannya untuk bereksperimen dalam tingkah laku berisiko, seperti obat-obatan terlarang dan kriminalitas.

"Orangtua tidak menyadari, walaupun anak belum bisa memilih mereka bisa belajar tentang proses pemilihan dan belajar bagaimana orangtua mereka berpikir tentang berbagai isu," lanjut Zimmerman.

"Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan, berbicara tentang politik bisa membantu anak menjadi pemikir yang kritis dan membantu membangun komunikasi antara orangtua dan anak."

Zimmerman mengatakan, banyak orangtua menghindari pembicaraan seputar politik di rumah. Hal ini bisa mengirimkan pesan yang salah, bahwa politik dan memilih tidaklah penting.

Jika anak tidak tertarik tentang isu asuransi kesehatan atau masalah kesejahteraan sosial, Zimmerman mengatakan, orangtua bisa membuat anak-anaknya tertarik dengan berbicara tentang isu lain yang lebih dekat dengan keseharian mereka. Misalnya seperti pemilihan ketua OSIS, atau pengumpulan dana di komunitas mereka.

Orangtua juga bisa menawarkan untuk mengajak anak-anak ke tempat penghitungan suara di dekat rumah, untuk melihat jalannya demokrasi.

"Semakin kita bisa menunjukkan pola berpikir kritis dan analitis seperti ini, akan semakin baik nasib kita di masa depan, karena anak-anak sudah lebih siap untuk berpikir dengan cara itu. Hal ini akan membuat mereka, nantinya, akan mencari tahu tentang sesuatu yang mereka baca atau temukan di internet, apakah hal itu benar atau tidak," lanjut Zimmerman lagi.

Dengan kata lain, melibatkan anak dalam proses demokrasi dan pemilihan umum seperti Pilkada DKI 2017, akan menyiapkan mereka menjadi manusia kritis--dan lebih tangguh menghadapi berbagai macam penyebaran hoax di masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya