Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian terbaru menemukan, penyakit gusi (periodontitis) bisa menjadi tanda awal diabetes tipe 2. Untuk itu, para peneliti mengatakan bahwa dokter gigi mungkin menjadi tempat yang baik untuk cek prediabetes.
Advertisement
Advertisement
"Diagnosis dan pengobatan periodontitis akan menguntungkan pasien karena dapat mencegah komplikasi lebih lanjut," kata penulis studi Dr Wijnand Teeuw yang merupakan kepala klinik Periodontology di Academic Center for Dentistry Amsterdam, Belanda.
Diabetes adalah epidemi di seluruh dunia. Pada 2010, diperkirakan bahwa 285 juta orang dewasa di seluruh dunia menderita diabetes. Pada 2030, angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta, menurut penulis penelitian.
Ini diduga karena sepertiga orang yang memiliki diabetes tidak menyadari mereka memiliki penyakit. Akhirnya, mereka tidak pernah mendapatkan pengobatan sehingga terjadi komplikasi serius, seperti masalah penglihatan, penyakit ginjal, gagal jantung dan infeksi kulit, menurut American Diabetes Association.
"Setidaknya 125 dari 300 orang yang diteliti mengalami periodontitis ringan. Dan hampir 80 orang mengalami periodontitis parah. Sisanya memiliki gusi yang sehat," kata Teeuw.
Dalam studi yang diterbitkan Diabetes Research & Care ini, para peneliti menguji kadar gula darah dalam semua peserta penelitian dengan menggunakan tes yang disebut hemoglobin A1c. Tes ini dilakukan sampai tiga bulan.
Pada orang yang tidak pernah didiagnosis dengan diabetes, para peneliti menemukan bahwa 50 persen memiliki masalah gusi parah yang artinya prediabetes, dan 18 persen memiliki diabetes tipe 2.
Dalam kelompok ringan sampai moderat, 48 persen ditemukan memiliki pradiabetes dan 10 persen memiliki diabetes tipe 2.
Sedangkan dalam kelompok gusi sehat, ada 37 persen yang ternyata prediabetes dan 8,5 persen memiliki diabetes tipe 2.
Juru bicara American Dental Association, Dr Sally Cram, mengatakan, penelitian ini semakin menguatkan diagnosis awal. Sebab dalam kasus yang ia alami, beberapa orang yang mengalami penyakit gusi, ia sarankan untuk memeriksakan gula darah. Dan benar saja, ia memiliki diabetes.
"Orang dengan diabetes tidak mampu melawan peradangan dan infeksi," imbuh Cram, seperti dimuat WebMD.
Spesialis diabetes, Dr. Joel Zonszein juga sependapat. Ia mengatakan, hubungan antara diabetes dan infeksi gusi itu mungkin ada, namun studi ini tidak membuktikan hubungan sebab-akibat. Hanya saja ia menekankan pentingnya kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan.
"99 persen dari masalah gigi dan penyakit dapat dicegah. Sikat gigi dua kali sehari dan floss sekali sehari, dan periksakan gigi ke dokter gigi Anda secara berkala," ia direkomendasikan.
Tanda-tanda penyakit gusi termasuk gusi berdarah, gigi sensitif, gigi longgar, bau mulut atau rasa tidak enak di mulut.