Karangan Bunga Ahok Patahkan Keyakinan yang Kalah Akan Kesepian

Dalam berpolitik, yang kalah akan dijauhkan, tapi fenomena Ahok justru membuktikan yang kalah tapi tidak kesepian

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 26 Apr 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2017, 16:00 WIB
Karangan Bunga untuk Ahok Djarot
Ratusan karangan bunga yang ditujukan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat tertata di kompleks Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/4). (Liputan6/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Karangan bunga untuk Ahok yang membanjiri Balai Kota sedari kemarin adalah bukti kecil, seorang pemimpin yang bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat akan dilimpahkan rasa kasih dan sayang dari rakyat tanpa perlu diminta.

"Kalau seseorang meninggalkan sesuatu yang baik, bermanfaat buat orang, orang akan memberikan apresiasi setinggi-tingginya," kata Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, saat dihubungi Health Liputan6.com pada Rabu (26/4/2017)

Hamdi melihat yang kini sedang dirasakan Ahok adalah fenomena baru. Biasanya, yang paling ditakutkan dalam konteks kompetisi politik, siapa yang kalah harus siap merasakan kesepian. Namun tidak demikian halnya dengan Ahok.

"Maksud saya, orang-orang akan bergerombol dengan yang menang. Mereka akan mendekati yang menang. Fenomena Pak Ahok ini justru terbalik, dia kalah tapi dia tidak kesepian," kata Hamdi melanjutkan.

Menurut Hamdi, orang-orang (khususnya yang kontra Ahok) boleh saja berpikir dan berpendapat bahwa semua ini adalah rekayasa. Akan tetapi tak dapat dipungkiri, di balik semua hal yang ditakutkan orang-orang, Ahok bekerja dengan benar, membuat Jakarta menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

"Orang tidak suka dengan Pak Ahok, boleh saja. Misalnya persoalan tidak seiman, itu sah-sah saja. Walaupun dalam adab berpolitik, isu SARA tidak boleh ditarik ke dalam medan kampanye karena ada aturannya. Masalah agama semestinya disimpan dalam hati saja," kata Hamdi menerangkan.

Termasuk sikap Ahok yang dinilai keras, suka menggusur, yang pada akhirnya membuat orang jadi tidak suka atau tidak simpatik dengan sosok gubernur satu ini.

"Perlu diketahui bahwa 70 persen dari survei yang ada merasa puas dengan pelayanan dan pekerjaan yang dilakukan Ahok. Ya, indikatornya seperti yang kini kita lihat di Balai Kota, banyaknya rangkaian bunga untuk Pak Ahok," kata Hamdi menerangkan.

Sebenci-bencinya kita dengan pemimpin, siapa pun dia, jangan juga menutup kedua mata dan sungkan mengakui bahwa sosok yang "dibenci" itu telah bekerja untuk rakyatnya tanpa memperdulikan apakah itu golongan yang membenci atau menyukainya.

"Kita juga harus mengakui bahwa kerjanya Ahok mengesankan, dalam hal mengurus banyak urusan di Jakarta. Jakarta jauh lebih baik, banjir berkurang, birokrasi pun bagus," kata Hamdi menekankan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya