Liputan6.com, Jakarta Siapa sangka, hal sederhana seperti perbedaan pandangan suami dan istri kala bayi menangis terbangun di malam hari bisa memicu ketegangan di antara keduanya. Bahkan, jika dibiarkan berlarut-larut bisa mengarah ke perceraian.
Saat bayi menangis di malam hari, seorang ibu cenderung memiliki alasan kuat untuk merespon buah hatinya dibanding ayah. Ketika istri selalu terbangun di malam hari sementara ayah tidak, muncul perasaan tidak didukung suami.
Baca Juga
"Ibu cenderung lebih aktif di malam hari, jika mereka merasa tidak didukung dalam keputusan bisa menciptakan banyak cekcok dalam pengasuhan anak," kata penulis studi, Jonathan Reader dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat.
Advertisement
Melihat hasil ini peneliti menekankan pentingnya komunikasi antara suami dan istri dalam mengasuh buah hati. Saat anak menangis jam tiga pagi, kedua orangtua memiliki respon yang sama dalam menghadapinya. Seperti mengkomunikasikan bila hari ini istri bangun, besok suami yang bangun untuk menenangkan bayi.
"Komunikasi terus menerus sangat penting dalam hal ini," kata Reader mengutip Reader's Digest, Jumat (18/9/2017).
Bila orangtua kompak dalam merespon tangisan bayi, hal itu juga berdampak padanya seperti disampaikan penulis studi lain, Douglas Teti.
"Entah mau bergantian bangun atau sama-sama bangun saat anak menangis, yang penting Anda dan pasangan kompak. Tenang, pada akhirnya sebagian besar bayi akan belajar tidur lelap tanpa terbangun di malam hari," tambah Teti.
Jadi, apa sulitnya berkomunikasi dengan pasangan tentang respon saat bayi menangis di malam hari. Selain anak merasa nyaman, potensi Anda dan pasangan alami cekcok atau perceraian berkurang. *
Saksikan juga video menarik berikut