Pencegahan Perkawinan Anak Jadi Topik Utama Calon Menteri Cilik

Program Jadi Menteri Sehari yang digagas lembaga swadaya masyarakat Plan International Indonesia kembali digelar.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 10 Okt 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 10:30 WIB
Calon Menteri Cilik
Pengajar memberi pelatihan dasar kepemimpinan calon menteri cilik di Jakarta, Senin (9/10). Pelatihan ini untuk pembekalan mengenai organisasi Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Program Jadi Menteri Sehari yang digagas lembaga swadaya masyarakat Plan International Indonesia kembali digelar tahun ini. Kali ini pencegahan perkawinan anak jadi topik yang diangkat dari tema besar girls take over.

"Kami prihatin, di wilayah tempat kami bekerja di NTT misalnya, anak perempuan tidak bisa memaksimalkan kemampuannya karena menikah sebelum usia 18 tahun," kata Lead Program Manager Plan International Indonesia, Wahyu Kuncoro.

Lewat program Jadi Menteri Sehari, LSM yang fokus pada pemenuhan hak anak ini ingin memberi tempat pada anak-anak untuk berdiskusi akan permasalahan yang terjadi di usia mereka. Kali ini tentang pencegahan perkawinan usia anak.

"Kenapa tidak melibatkan mereka dalam mencari solusi ini, karena di usia mereka permasalahan tersebut terjadi. Bisa saja ada ide genuine dalam pencegahan perkawinan usia anak," tambah Wahyu. 

Tak disangka ada 1800-an remaja mendaftar untuk menjadi menteri cilik dari seluruh Indonesia. Lalu, diseleksi hingga terpilih 50 anak. Mereka kemudian diminta menjawab pertanyaan mengenai: 1) Kalau kalian dengar teman melakukan perkawinan usia anak, apa tanggapanmu? 2) Apa yang dilakukan untuk mencegah perkawinan anak? 3) Apa yang membuat tim juri memilih kamu mengikuti program Jadi Menteri Sehari?

"Lewat vlog tersebut kami bisa melihat sedalam mana pemahaman akan topik tersebut. Lalu dipilih 21 remaja usia 15-19 tahun untuk ikut Jadi Menteri Sehari," kata Wahyu.

Tak hanya perempuan, ada dua peserta laki-laki dalam program ini. Kehadiran laki-laki juga diperlukan karena pencegahan perkawinan usia anak tak hanya diketahui perempuan.

Satu dari 21 remaja ini bakal dipilih menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tepat di Hari Anak Perempuan Internasional pada 11 Oktober 2017. Peserta yang tidak terpilih bakal berperan menjadi deputi atau jajaran lain di kementerian tersebut.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya