Liputan6.com, Jakarta PT Kimia Farma (Persero) Tbk menargetkan mampu memproduksi sekitar 30 juta alat tes kesehatan dalam setahun atau sekitar 100 ribu per hari di pabrik "rapid test" yang baru diresmikan di Denpasar.
"Kami targetkan bulan Februari mendatang sudah mulai beroperasi," kata Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk Honesti Basyir setelah peresmian fasilitas produksi alat kesehatan ("rapid test") di Denpasar, dikutip dari AntaraNews, Rabu (25/1/2018).
Baca Juga
Menurut Honesti, pihaknya menginvestasikan sekitar Rp26 miliar untuk alat produksi dan pembangunan gedung yang mulai dibangun sejak Agustus 2016 yang berlokasi di Jalan Cargo Taman II Denpasar dengan luas 375 meter persegi.
Advertisement
Dia menjelaskan alat tes kesehatan yang diproduksi secara massal di fasilitas tersebut yakni alat tes kehamilan (hCG), hepatitis (HBsAg), sifilis, malaria dan dengue (IgG/IgM).
Sementara itu, dua alat tes kesehatan sedang dalam proses pengembangan yakni HIV I dan II dan tes narkoba untuk morfin, kokain, mariyuana, amphetamine, methamphetamine, ekstasi dan benzodiazepine.
Produk alat tes kesehatan yang dihasilkan itu dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit, tes medis untuk pemeriksaan medis awal dengan menggunakan peralatan yang sederhana serta memberikan hasil dalam waktu yang cepat.
Honesti menambahkan sasaran pasar yang dituju yakni pasar pemerintah dengan memenuhi kebutuhan Kementerian Kesehatan melalui Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan pasar swasta dengan memasok alat tes kesehatan untuk rumah sakit dan klinik.
Â
Simak juga video menarik berikut :
Â
Â
Menkes apresiasi produksi pengembangan dan penelitian
Sementara itu Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek yang meresmikan fasilitas produksi tersebut mendorong BUMN bidang farmasi itu untuk meningkatkan pasar domestik dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Menkes juga mengapresiasi pengembangan produksi berbasis pengembangan dan penelitian perseroan itu sehingga dapat memproduksi alat tes kesehatan mengingat penyakit tersebut perlu mendapatkan perhatian dan penanganan lebih karena kontribusinya yang tinggi dalam menyumbangkan jumlah angka kematian penduduk.
"Semoga di Bali yang selama ini terkenal dengan industri pariwisata, ke depan juga menjadi terkenal dengan industri alat kesehatan," katanya.
(Dewa Wiguna/AntaraNews)
Advertisement