Sedikit Cemas Bagus untuk Pertajam Ingatan

Profesor di Kanada mengatakan tingkat kecemasan yang optimal akan menguntungkan ingatan Anda, namun tingkat kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan seseorang mencapai titik kritis.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Feb 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 15:30 WIB
Terbukti, Mudah Cemas Adalah Tanda dari Orang Cerdas
Apakah Anda orang yang mudah cemas? Bisa jadi itu adalah tanda dari kecerdasan diri Anda, penasaran? Simak di sini. (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta Merasa sedikit cemas bisa membantu Anda mengingat berbagai hal, demikian menurut sebuah studi dalam Journal Brain Sciences. 

Namun, ketika tingkat kecemasan menjadi terlalu tinggi atau berubah menjadi ketakutan, maka yang terjadi adalah orang mulai mengasosiasikan unsur netral suatu pengalaman ke konteks negatif. 

"Orang dengan kecemasan tinggi harus berhati-hati," kata Profesor di University of Waterloo di Kanada, Myra Fernandes, seperti dikutip dari AntaraNews, Rabu (28/2/2018).

"Sampai tingkat tertentu, ada tingkat kecemasan yang optimal yang akan menguntungkan ingatan Anda, tapi ada tingkat kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan orang mencapai titik kritis, yang memengaruhi ingatan dan penampilan mereka," sambung dia. 

Untuk keperluan studi, para peneliti melibatkan 80 mahasiswa dari University of Waterloo dan 64 orang di antaranya adalah wanita. Setengah dari mereka secara acak ditugaskan ke kelompok instruksi encoding, sementara separuh sisanya ditugaskan ke grup pengkodean dangkal.

 

Simak juga video menarik berikut :

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tingkat kecemasan berpengaruh pada ingatan

6 Alasan Tak Perlu Takut Berkata Tidak
Ini alasan yang menguatkan mengapa berani mengatakan tidak justru baik untuk semua pihak. (iStockphoto)

Hasilnya, individu dengan tingkat kecemasan tinggi menunjukkan kepekaan yang juga tinggi terhadap pengaruh konteks emosional pada ingatan mereka. Informasi yang awalnya netral berubah menjadi negatif (dalam diri mereka), karena diwarnai emosi. 

"Dengan memikirkan kejadian emosional atau dengan memikirkan kejadian negatif, mungkin membawa Anda pada pola pikir negatif yang dapat membuat Anda bias atau mengubah cara Anda memandang lingkungan Anda saat ini," papar Christopher Lee, seorang peneliti di universitas tersebut seperti dilansir Indian Express.

(Lia Wanadriani Santosa/AntaraNews)

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya