Liputan6.com, Banda Aceh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh mendukung upaya Pemerintah Provinsi Aceh mengejar target program imunisasi MR (Measles Rubella). Cakupan imunisasi MR di Aceh hingga kini yang terendah dari 28 provinsi, baru mencapai 7 persen dari 1,5 juta anak 9 bulan - 15 tahun.
“Imunisasi memiliki manfaat yang sangat besar dan bisa menyelamatkan jiwa. MUI memiliki kewajiban untuk membantu semua program yang memiliki tujuan mulia, apalagi imunisasi adalah salah satu kunci kesehatan masyarakat," kata Pengurus MUI Aceh DR. Abd. Rahman dalam pertemuan koordinasi lintas sektor yang digelar Rabu (26/9/2018) di Banda Aceh.
Baca Juga
Seperti dilansir rilis Kantor Staf Presiden (KSP), di kesempatan itu Rahman juga menyampaikan MUI telah mengeluarkan fatwa nomor 33 Tahun 2018 yang menyebutkan bahwa penggunaan vaksin MR untuk saat ini boleh (mubah).
Advertisement
Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “darurat” ada dua kondisi, yaitu darurat saat ini dan darurat yang terjadi di masa yang akan datang berdasarkan prediksi dari para ahli yang kompeten, misalnya kita akan memanen musibah besar apabila tindakan tidak dilakukan sekarang.
“Saya melihat langsung ibu muda yang bayinya terkena cacat empat-empatnya: tuli, buta karena katarak, jantung bocor, dan otak mengecil. Dan, saya tidak berani bertanggung jawab di hadapan Allah apabila saya masih mengatakan belum darurat dan tidak melakukan apapun untuk mencegahnya," kata Rahman dalam pertemuan yang juga dihadiri Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) seluruh kabupaten/kota di Aceh.
Saksikan juga video menarik berikut:
Bahaya Rubella bagi ibu hamil
Dalam pertemuan lintas sektor itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr. Hanif yang meminta dukungan dan bantuan semua pihak untuk bersama menyosialisasikan imunisasi MR. Saat ini, baru sedikit anak usia 9 bulan sampai 15 tahun di Aceh yang mendapatkan imunisasi ini.
Hanif menerangkan gejala penyakit campak adalah demam tinggi, disertai batuk dan pilek, juga mata memerah. Selanjutnya diikuti dengan munculnya ruam kemerahan mulai dari leher dan wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Gejala penyakit Rubella hampir sama dengan campak, akan tetapi jauh lebih ringan.
“Apabila virus Rubella ini menyerang ibu hamil, maka efeknya sangat berat. Si ibu bisa mengalami keguguran ataupun bayi yang dilahirkan bisa mengalami kecacatan,” jelas Hanif.
“Imunisasi efektif memberikan kekebalan pada anak dan jika tercapai 95 persen maka akan tercapai kekebalan kelompok (herd immunity). Ini sangat penting karena penularan campak dan rubella sangat mudah yaitu melalui udara,” tuturnya.
Kecacatan yang timbul ini bisa berupa penyakit jantung bawaan (bocor jantung), kerusakan jaringan otak yang bisa menyebabkan kelumpuhan ataupun retardasi mental, katarak kongenital (terdapat selaput putih di lensa mata), dan gangguan pendengaran atau tuli.
Vaksin MR ini merupakan vaksin yang baru digunakan di Indonesia dan disubsidi oleh pemerintah, yang berarti diberikan secara gratis kepada masyarakat.
Tujuan imunisasi MR ini adalah meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penyakit campak dan rubella secara cepat; memutuskan transmisi (penularan) virus campak dan rubella; menurunkan angka kesakitan akibat penyakit campak dan rubella; serta menurunkan angka kejadian sindrom rubella kongenital atau CRS (Congenital Rubella Syndrome).
Hadir juga dalam pertemuan ini enam orangtua anak dengan cacat bawaan akibat rubella (CRS, congenital rubella syndrome) dari berbagai daerah di Aceh. Mereka menceritakan bagaimana membesarkan anak dengan CRS dan berharap tidak ada lagi anak yang lahir dengan kecacatan akibat rubella.
Dalam pertemuan itu hadir juga pihak dari Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Dr. Slamet Basir, MPH; Kementerian Dalam Negeri, Zamhir Islamie; Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Bimo Wijayanto; dan Iwan Setiawan dari PT. Biofarma. Selain MPU, Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, dan Dinas Kesehatan dari 23 kabupaten/kota pun turut hadir di sosialisasi tersebut.
Advertisement