Kasus DBD di Jagakarsa Paling Tinggi se-DKI, Cek Penyebabnya

Angka incident rate demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan tertinggi di Jakarta, apa sebabnya?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Jan 2019, 12:20 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2019, 12:20 WIB
Cegah Nyamuk DBD, Petugas Lakukan Pengasapan-Jakarta- Helmi Fithriansyah-20170508
Petugas melakukan penyemprotan asap di salah satu rumah di kawasan Menteng Atas dan Menteng Tenggulun, Jakarta, Senin (8/5). Penyemprotan asap dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk demam berdarah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Kasus demam berdarah dengue (DBD) di DKI Jakarta paling tinggi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jumlah kasus tersebut dilihat berdasarkan perhitungan Incident Rate (IR), yakni jumlah kasus per 100.000 penduduk.

Data per 27 Januari 2019, IR DBD di Kecamatan Jagakarsa sebesar 19,27 per 100.000 penduduk.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti, salah satu faktor penyebab Kecamatan Jagakarsa tinggi IR DBD karena intensitas hujan dan kelembapan tinggi.

"Faktor utama intensitas hujan dan kelembapan tinggi itu sudah pasti. Datanya juga kan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)," jelas Widyastuti saat ditemui di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, ditulis Rabu, 30 Januari 2019.

Wilayah Jakarta Selatan, yang juga di dalamnya termasuk Kecamatan Jagakarsa memang punya intensitas hujan dan kelembapan tinggi. Kasus DBD di Jakarta Selatan mencapai 231 kasus.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Banyak lahan kosong

Cegah Nyamuk DBD, Petugas Lakukan Pengasapan-Jakarta- Helmi Fithriansyah-20170508
Petugas melakukan penyemprotan asap di salah satu gang di kawasan Menteng Atas dan Menteng Tenggulun, Jakarta, Senin (8/5). Penyemprotan asap dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk demam berdarah. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tak hanya faktor intensitas hujan dan kelembapan tinggi saja, ada juga faktor lain yang membuat kasus DBD di Kecamatan Jagakarsa tinggi. Tim surveilans Dinas Kesehatan DKI Jakarta menemukan banyak lahan kosong di lokasi tersebut.

"Di daerah itu banyak lahan kosong yang pemiliknya tidak jelas. Lahan kosong tak bertuan," ungkap Widyastuti.

Lahan kosong tanpa pemilik kian lama menjadi tempat penampungan air. Tak ayal, tempat itu jadi lokasi favorit biak nyamuk Aedes aegypti, si vektor DBD.

Tim Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sudah bekerja sama dengan lurah setempat untuk mengecek lokasi (lahan kosong) agar tak ada lagi tempat penampungan air atau genangan air. 

Upaya berantas DBD

Fogging
Kamis pagi, delapan petugas fogging menyemprotkan obat fogging di jalan Haji Sajim demi pencegahan DBD.

Untuk mencegah penyebaran virus DBD yang dibawa nyamuk Aedes aegypti, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat ikut memerhatikan lingkungan sekitar tempat tinggal.

"Upaya 3M, yakni Menguras, Menutup, Mendaur ulang bisa dilakukan," tambah Widyastuti.

Menguras yakni membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampuangan air, seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, dan penampungan air lemari es.

Masyarakat perlu juga menutup rapat-rapat sejumlah tempat penampuangan air. Misalnya drum, kendi, toren air, dan lain-lain dapat mencegah nyamuk aedes aegypti berkembangbiak. Mengubur dan mendaur ulang barang bekas yang tak terpakai bisa dilakukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya