Liputan6.com, Jakarta Butuh kerjasama dari banyak pihak untuk menangani kasus stunting di Indonesia. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis dalam waktu lama sejak anak dalam kandungan. Yang bikin anak gagal tumbuh.
Efek dari stunting adalah tinggi tubuh lebih rendah dari rata-rata tinggi anak sesuainya. Kemampuan fisik dan kognitif anak juga cenderung terlambat. Kekurangan gizi ini, seperti dikutip dari Kementerian Kesehatan, baru akan nampak setelah anak berusia dua.
Baca Juga
Lalu apa cirinya? Anak yang memiliki kecenderungan stunting bisa dilihat dari pertumbuhan giginya saat balita. Pertumbuhanya cenderung sangat terlambat. Hal ini karena asupan kalsium dan gizi yang sangat dibutuhkannya untuk tumbuh tidak optimal.
Advertisement
Ciri anak stunting
Ciri lainnya tinggi badan anak sangat pendek dibandingkan rata-rata anak seusianya. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.
Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted). Untuk mengetahui detail mengenai ukuran tinggi anak, penting untuk melakukan pemeriksaan bulanan anak di posyandu, puskesmas maupun rumah sakit.
Anak stunting juga cenderung mengalami pubertas yang terlambat, memorinya dalam hal pelajaran sangat kurang, karena gizi yang tak tercukupi berdampak pada hormon dan perkembangan koginitifnya. Memasuki, usia 8-10 tahun, anak stunting cenderung tidak aktif dan jarang melakukan eye contact.
Penting bagi orangtua untuk selalu memenuhi asupan gizi optimal sejak anak dalam kandungan. Pasalnya, jika gizi tak terpenuhi dengan baik, risiko stunting begitu besar dan bisa mengancam masa depan anak, bahkan negara.
Penulis : Mutia Nugraheni / Dream.co.id
Advertisement