Indonesia Masih Butuh Kerja Sama Negara Lain untuk Pengembangan Industri Farmasi

Indonesia dirasa masih butuh belajar dari negara lain terkait pengembangan industri farmasi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Jul 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 15:00 WIB
Mengintip Teknologi Farmasi di Pameran CPhl SEA 2018
Sejumlah produk dipamerkan selama pameran niaga bahan baku industri farmasi CPhI SEA 2018 di JIExpo Jakarta, Kamis (29/3). CPhI merupakan pameran khusus bagi industri farmasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan Indonesia masih butuh kerjasama dengan negara lain terkait pengembangan industri farmasi. Salah satunya terkait produksi obat onkologi.

Dalam peninjauannya di pabrik obat onkologi milik PT CKD Otto Pharmaceutical, Nila mengungkapkan bahwa untuk mesin produksi obat kanker saja masih dibuat di luar negeri seperti Korea Selatan dan Italia. Sehingga, Indonesia masih butuh belajar dari negara lain terkait pengembangan industri farmasi.

"Jadi artinya bikinnya itu tidak sembarangan. Alih teknologi itu mesti ada," kata Nila di Cikarang, Jawa Barat, ditulis Rabu (10/7/2019).

"Ini seperti yang dikatakan oleh Presiden (Joko Widodo), kalau kita sendiri kita tidak bisa. Lama. Bagaimana kita punya sumber daya manusianya, lama sekali," tambah Nila.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Biaya Obat jadi Lebih Murah

Menkes Nila meninjau pabrik obat kanker di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (10/7/2019) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Menkes Nila saat memberikan keterangan pers terkait peresmian pabrik obat kanker di Cikarang, Jawa Barat pada Selasa (10/7/2019) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Sehingga, adanya kerjasama dengan industri farmasi luar memiliki manfaat bagi pengembangan industri di Indonesia.

"Mereka mengajarkan kita dan kita juga belajar," kata wanita 70 tahun ini.

Dengan adanya kerjasama seperti pendirian fasilitas produksi di Indonesia, masyarakat juga mendapatkan dampak positif. Salah satunya terkait harga obat-obatan.

"Minimal tidak ada harga distribusi. Biaya perjalanan obat tidak ada sehingga bisa lebih murah. Coba dipesan dari Korea Selatan, dia mesti shipping dulu dari sana ke sini, berapa itu biayanya," ujarnya.

Menkes mengungkapkan, untuk produksi obat kanker, beberapa perusahaan lokal sudah memproduksinya sendiri. Selain untuk dipasarkan secara domestik, Nila mengatakan banyak dari mereka yang sudah melakukan ekspor obat, tidak hanya obat onkologi tapi juga produk lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya