Buku Saku Kesadaran Bencana untuk Anak-Anak Penuh Gambar Ilustrasi, Kenapa?

Buku saku yang ditujukan anak-anak di Lombok penuh dengan ilustrasi dan penjelasan ringkas.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Agu 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2019, 10:00 WIB
Bencana
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019 ke Madrasah Ibtidaiyah dan MTs Al Azimiyah, Dusun Puyahan, Desa Lembar Selatan, Lombok pada awal Agustus 2019 untuk penyebarluasan mitigasi bencana. (Dok Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019)

Liputan6.com, Lombok Buku saku kesadaran bencana untuk anak-anak di Lombok penuh dengan gambar ilustrasi. Hal ini demi memudahkan anak-anak memahami hal apa saja yang harus dihadapi, baik sebelum,  saat, dan setelah bencana terjadi.

Pembuatan buku saku ini dilakukan Tim Pengabdian Masyarakat  Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019 melalui kegiatan penyebarluasan mitigasi bencana bagi anak-anak sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah dan MTs Al Azimiyah, Dusun Puyahan, Desa Lembar Selatan, Lombok. Mereka menyiapkan buku saku siaga dan sintas bencana alam bagi anak-anak.

“Selama ini, buku saku bencana memang telah ada dan dapat diunduh dari laman situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sayangnya, Buku saku tersebut tidak dibuat untuk anak-anak,” tutur Filia, salah seorang anggota tim, dalam keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com.

“Padahal anak-anak termasuk kelompok masyarakat yang paling rentan ketika bencana alam terjadi. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam buku saku yang ada sangat teknis dan sulit sehingga hanya orang dewasa yang dapat memahaminya.”

Tim Pengabdian Masyarakat  Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019 pun mencoba membuat ulang buku saku bencana dan mengolahnya dari berbagai sumber. Misal, sumber-sumber dari BNPB, buku mitigasi untuk anak-anak terbitan Jepang, dan buku panduan bencana untuk murid-murid sekolah dasar di Amerika Serikat yang disiapkan oleh  Federal Emergency Management Agency (FEMA).

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Dibuat Sesuai Kondisi Lombok

Bencana
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019 ke Madrasah Ibtidaiyah dan MTs Al Azimiyah, Dusun Puyahan, Desa Lembar Selatan, Lombok pada awal Agustus 2019 untuk penyebarluasan mitigasi bencana. (Dok Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019)

Buku saku yang dibuat Tim Pengabdian Masyarakat  Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019  berisi penjelasan ringkas dan sederhana juga dilengkapi gambar ilustrasi.

Gambar ilustrasi ini juga sesuai untuk anak-anak.  Buku saku terdiri atas bab gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami yang cukup relevan dengan kondisi dan tantangan alam di Lombok.

Tiap bab terdiri atas bagian tanya-jawab serta hal-hal yang harus dan sebaiknya dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi. Bahasa yang digunakan telah diujicobakan kepada murid-murid kelas 5 SD di Bekasi sebelum diterapkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Lombok.

“Kondisi wilayah Indonesia yang sebagian besar merupakan daerah rawan bencana, pengetahuan tentang bencana alam wajib diberikan sedini mungkin kepada anak-anak,” tambah Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019, Totok Suhardijanto.

“Dengan pengetahuan yang cukup, anak-anak dapat lebih siap dalam menghadapi bencana. Anak-anak juga dapat menjadi agen mitigasi bagi orang tua mereka jika kebetulan orang tua mereka berpendidikan lebih rendah. Dengan demikian, korban bencana dapat dikurangi semininal mungkin.”


Kesadaran Potensi Bahaya

Bencana
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019 ke Madrasah Ibtidaiyah dan MTs Al Azimiyah, Dusun Puyahan, Desa Lembar Selatan, Lombok pada awal Agustus 2019 untuk penyebarluasan mitigasi bencana. (Dok Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Peduli Bencana 2019)

Adanya buku saku akan membuat anak-anak di Lombok sadar terhadap potensi bencana. Mereka memeroleh sedini mungkin pengetahuan terkait bencana.

Pengetahuan masyarakat (public awareness) terhadap bencana dan pengurangan risikonya pun menjadi lebih meningkat sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.

“Jadi, kegiatan peningkatan kesiapan anak-anak dalam menghadapi bencana merupakan hal penting. Ini seharusnya dilakukan secara terus-menerus melalui kegiatan yang lebih terprogram dan terencana serta dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar,” pungkas Totok.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya