BKBBN Optimis Angka Kelahiran di NTT Turun pada 2022

Merujuk SDKI 2017, angka persalinan atau angka kelahiran di NTT masih di 3,4 atau satu wanita di NTT memiliki anak sebanyak tiga sampai empat orang.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 27 Sep 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2019, 18:00 WIB
Ajaib, Bayi Baru Lahir Langsung Bisa Berjalan Ini Viral
Angka kelahiran di NTT masih sangat tinggi. Satu orang wanita bisa memiliki tiga sampai orang anak (Ilustrasi iStockphoto)

Liputan6.com, Maumere - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Marianus Mau Kuru, mengatakan, pihaknya terus berusaha agar angka kelahiran di NTT turun.

Sejauh ini, Marianus menjelaskan bahwa angka kelahiran di NTT masih sangat tinggi. Merujuk Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, masih di angka 3,4 atau satu wanita di NTT memiliki anak sebanyak tiga sampai empat orang.

"Tapi berdasarkan hasil kemarin, sudah turun sedikit, sekitar 3,6," kata Marianus di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Melihat angka itu, BKKBN NTT terus putar otak agar angka kelahiran pada 2022 turun menjadi 2,6.

"Kelihatannya memang ambisius tapi kalau kami kerja keras, kami yakin bisa mencapat terget," katanya.

Oleh sebab itu, segala upaya dilakukan. Seperti saat melakukan survei KB, petugas diminta untuk mendata pasangan suami istri tidak hanya nama dan alamat rumah saja.

Marianus, mengatakan, mereka harus mencantumkan nomor ponsel yang dapat dihubungi. Sehingga, bisa didata mana saja yang harus 'dikejar'.

"Sehingga kita tahu harus melakukan pelayanan seperti apa," katanya.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

Ubah Cara Pandang Soal Anak

Kelahiran Bayi
Ilustrasi Foto kelahiran Bayi (iStockphoto)

Selain itu, BKKBN pun bekerja sama dengan para dokter untuk mengubah cara pandang masyarakat perihal memiliki anak.

Sebab, kultur keyakinan dan kultur budaya masih menjadi penyebab angka kelahiran di NTT tinggi. Misal, keluarga belum 'lengkap' kalau belum memiliki anak perempuan. Lalu, ada juga yang masih percaya bahwa memiliki banyak anak sama dengan banyak rezeki.

"Dokter ini nantinya memberi penjelasakan ke masyarakat. Permasalahan soal dapat anak perempuan itu melibatkan soal science. Perempuan hormonnya XX, laki-laki XY. Kalau mau anak perempuan, X laki-laki harus lebih dominan daripada perempuan," kata Marianus.

Begitu juga pendistribusian kontrasepsi. Masyarakat harus menyadari pentingnya pemakaian alat kontrasepsi ini untuk bisa mengatur kehamilan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya