Liputan6.com, Jakarta Saat ini, ada banyak produk minyak oles yang beredar di masyarakat. Selain minyak kayu putih dan telon, minyak yang sempat viral beberapa waktu yang lalu adalah minyak kutus-kutus.
Sang pencipta minyak kutus-kutus Servasius Bambang Pranoto mengungkapkan bahwa produk yang diciptakannya berbeda dengan produk minyak lainnya.
Baca Juga
"Minyak kayu putih disebut minyak esensial. Itu datang dari tumbuhan didistilasi jadilah minyak kayu putih," kata Bambang ketika ditemui Health Liputan6.com di Senayan, Jakarta pada Rabu kemarin, ditulis Kamis (5/12/2019).
Advertisement
Sementara menurut Bambang, minyak telon merupakan tiga minyak yang dicampur yaitu minyak adas, kayu putih, serta kelapa.
"Nah, kita ini (minyak kutus-kutus) adalah kombinasi semua ini. Ada jejamuan, kita infused dengan minyak kelapa, masih ditambah sebelas minyak esensial termasuk minyak kayu putih, termasuk minyak adas. Ada gaharu dan sebagainya," kata pria 64 tahun kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Produksi Melibatkan Manusia
Sehingga, Bambang mengatakan bahwa minyak kutus-kutus adalah campuran dari jamu dan juga minyak.
"Jamunya 69 unsur, pembawanya minyak kelapa plus 11 minyak esensial," kata pria yang sempat menempuh pendidikan di SMA De Britto, Yogyakarta ini.
Bambang mengatakan, selain karena mesin membutuhkan biaya dan perawatan yang mahal, tenaga manusia memiliki alur yang kompleks. Contohnya, dengan membeli makan untuk pegawainya, dia juga menguntungkan petani.
"Saya ingin kutus-kutus ini membongkar segala paradigma terhadap yang tua, yang tradisional. Justru yang tradisional itu solusi terbaik."
Menurutnya, untuk menyembuhkan sebuah penyakit, harus dimulai dari dalam diri orang itu sendiri. Sehingga, dia menegaskan bahwa produk yang diciptakannya tidak untuk memberikan kesembuhan.
"Jadi kutus-kutus tidak dibuat untuk menyembuhkan, tapi membangunkan kekuatan kita agar kekuatan kita bisa menyembuhkan diri kita sendiri," kata Bambang.
Advertisement