Liputan6.com, Jakarta Minyak kutus-kutus saat ini menjadi salah satu produk minyak oles tradisional yang banyak dicari oleh orang Indonesia. Tidak banyak yang tahu bahwa sang pencipta, Servasius Bambang Pranoto, punya cara untuk mengurangi limbah dari produksi yang ia lakukan.
Kepada Health Liputan6.com, Bambang mengatakan bahwa proses produksi minyak kutus-kutus menghasilkan banyak ampas. Maka dari itu, dia membuatnya menjadi produk sabun.
Baca Juga
"Ampasnya kita proses jadi sabun karena ampasnya banyak banget," kata Bambang ditemui di Senayan, Jakarta beberapa waktu yang lalu, ditulis pada Minggu (7/12/2019).
Advertisement
Hal serupa juga ia lakukan pada produk minyak tanamu tanami berbasis nyamplung yang dibuatnya ketika minyak kutus-kutusnya tidak menyembuhkan herpes yang sempat dialaminya.
"Jadi konsepnya zero waste dan lokal," kata Bambang.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Keinginan Kembali ke Alam
Bambang sendiri punya keinginan untuk mengajak orang-orang untuk kembali menggunakan produk yang berasal dari alam. Termasuk dalam produksinya, ia tidak terlalu banyak menggunakan mesin.
Adapun, mesin yang digunakannya dalam produksi hanya mesin tumbuk saja. Sementara untuk pengemasan, Bambang tetap menggunakan tenaga dari sumber daya manusia saja.
Bambang mengatakan, selain karena mesin membutuhkan biaya dan perawatan yang mahal, tenaga manusia memiliki alur yang kompleks. Contohnya, dengan membeli makan untuk pegawainya, dia juga menguntungkan petani.
"Saya ingin kutus-kutus ini membongkar segala paradigma terhadap yang tua, yang tradisional. Justru yang tradisional itu solusi terbaik."
Advertisement