Pembuat Minyak Kutus-Kutus Ungkap Filosofi yang Terkandung Dalam Ciptaannya

Minyak kutus-kutus ternyata memiliki filosofi dalam pembuatannya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Des 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Des 2019, 16:00 WIB
Servasius Bambang Pranoto membeberkan filosofi di balik minyak kutus-kutus yang dibuatnya (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Servasius Bambang Pranoto membeberkan filosofi di balik minyak kutus-kutus yang dibuatnya (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu yang lalu, minyak kutus-kutus sempat viral di dunia maya. Walaupun begitu, ternyata pembuat produk minyak oles ini memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya.

Servasius Bambang Pranoto, sang pembuat minyak kutus-kutus tidak menampik bahwa ada beberapa kelompok yang menyukai dengan produk yang dibuatnya. Khususnya dari kalangan kesehatan.

"Karena kita menggunakan cara berpikir yang tidak lazim. Karena kita telah meninggalkan akar kebudayaan yang diberikan oleh nenek moyang kepada kita," kata Bambang kepada Health Liputan6.com ditemui di Senayan, Jakarta pada Rabu kemarin, ditulis Kamis (5/12/2019).

Bambang mengatakan, kebudayaan timur menyatakan bahwa penyembuhan sesungguhnya berasal dari dalam diri kita sendiri. Khususnya pikiran.

"Jadi kutus-kutus tidak dibuat untuk menyembuhkan, tapi membangunkan kekuatan kita agar kekuatan kita bisa menyembuhkan diri kita sendiri," kata Bambang.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Alasan Membuat Minyak

Servasius Bambang Pranoto membeberkan filosofi di balik minyak kutus-kutus yang dibuatnya (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Servasius Bambang Pranoto membeberkan filosofi di balik minyak kutus-kutus yang dibuatnya (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Ada alasan bahwa Bambang memilih membuat minyak oles yang digunakan untuk luar tubuh. Menurutnya, dalam sejarah kerajaan-kerajaan lampau, tidak ada yang namanya pengobatan oral.

"Karena dulu itu racun oral sudah kebiasaan. Jadi raja dan semuanya takut oral. Makanya pakai minyak," kata pria kelahiran Klaten ini.

"Karena, katanya, perkembangan ilmu pengetahuan, itu semua dihilangkan, obat beralih ke oral. Dari situlah mulai banyak penyakit-penyakit," katanya.

Untuk bahan dalam minyak kutus-kutus, Bambang menggunakan konsep keharmonisan untuk penyembuhan. "Makanya kok sakit disuruh berdoa. Kan tidak masuk akal. Tapi karena berdoa itu harmonis."

 

Konsep Harmonis dalam Pohon

Ilustrasi pohon (iStock)
Ilustrasi pohon (iStock)

Dia memberikan contoh makhluk hidup yang paling harmonis yaitu pohon. Menurutnya, pohon tidak perlu bergerak untuk mencari makan. Hanya akarnya saja. Selain itu, yang memasak adalah matahari.

"Jadi kalau kita ingin bikin obat yang harmonis harus semua unsur pohon ada. Akarnya, batangnya, daunnya," kata pria yang sempat mengenyam pendidikan di SMA De Britto Yogyakarta ini.

Dengan menggunakan minyak untuk menarik sari-sari dari tumbuhan tersebut, Bambang pun membuat minyak kutus-kutus. Konsep ini serupa ketika seseorang membuat infused water.

"Jadi kutus-kutus itu bukan minyak distilasi tapi minyak infused. Kedua, unsur kutus-kutus adalah unsur bumbu karena 80 persen bahannya dari bumbu," kata Bambang yang berdomisili di Bali itu.

Apabila sebelumnya ia menggunakan 49 bahan, saat ini Bambang menggunakan 69 bahan pembuat minyak kutus-kutus. Menurutnya, angka ini memiliki keunikan yaitu serupa dengan yin dan yang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya