Liputan6.com, Jakarta Masalah kejiwaan juga rentan bagi mereka yang memiliki penyakit kronis seperti kanker paru. Salah satunya adalah depresi.
Para peneliti dari The Ohio State University, Amerika Serikat menyatakan bahwa setidaknya sepertiga pasien kanker paru juga mengalami gejala depresi. Gejala tersebut diantaranya tingkat kecemasan tinggi, stres, gangguan dalam fungsi sehari-hari, rasa sakit signifikan, dan gejala fisik lainnya.
Baca Juga
Maka dari itu, penulis utama studi ini, profesor psikologi Barbara Andersen menyatakan bahwa pasien kanker paru perlu memeriksa kondisi kejiwaan mereka. Khususnya, untuk nantinya dapat diberikan perawatan rujukan.
Advertisement
"Beberapa ahli onkologi mungkin memiliki pola pikir bahwa 'tentu saja Anda depresi, Anda memiliki kanker paru-paru.' Ini mungkin menunjukkan kurangnya menghargai gejala depresi dan kesulitan lain yang menyertainya," kata Andersen seperti dikutip dari Medical Xpress pada Senin (9/12/2019).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Depresi Pengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Andersen mengatakan bahwa pasien yang mengalami depresi sedang atau berat, cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Selain itu, kondisi penyakitnya juga lebih buruk jika dibandingkan yang tanpa masalah kejiwaan.
"Ketika parah, depresi jarang membaik tanpa pengobatan," kata Andersen.
Dalam studi yang dimuat di jurnal Lung Cancer ini, dari 186 pasien dengan kanker paru di sebuah rumah sakit kanker yang diperiksa, 8 persen menderita gejala depresi berat dan 28 persen memiliki gejala sedang.
Sekitar 93 persen yang mengalami masalah itu, menyatakan mereka kesulitan bekerja, melakukan berbagai hal di rumah, serta berada bersama orang lain.
Andersen menambahkan, para pasien tersebut tidak hanya memiliki rasa putus asa yang tinggi. Sepertiga dari mereka yang memiliki gejala depresi parah, juga berpikir untuk bunuh diri.
"Semua ini berefek negatif pada pengobatan, kesehatan secara keseluruhan, kualitas hidup, serta perkembangan penyakit."
"Kita perlu depresi pada pasien kanker paru lebih ditanggapi secara serius," kata Andersen menegaskan.
Advertisement