Tips Kelola Stres dan Depresi dari Inayah Wahid hingga Eks Menkes Nila, Kapan Perlu ke Psikolog?

Stres dan depresi adalah masalah kesehatan mental umum; artikel ini memberikan panduan praktis untuk mengelola stres ringan hingga sedang, kapan harus mencari bantuan profesional, dan perspektif dari Inayah Wulandari Wahid & Nila Moeloek.

oleh Aditya Eka Prawira Diperbarui 24 Feb 2025, 08:42 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 08:42 WIB
Kelola stres dengan berpikir positif, mencari solusi, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Jika stres berlarut, cari dukungan teman atau psikolog. Prioritaskan kesehatan mental untuk hidup lebih seimbang. (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Kelola stres dengan berpikir positif, mencari solusi, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Jika stres berlarut, cari dukungan teman atau psikolog. Prioritaskan kesehatan mental untuk hidup lebih seimbang. (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Stres dan depresi merupakan masalah kesehatan mental yang umum dihadapi banyak orang, tanpa memandang usia dan latar belakang. Baik stres ringan maupun depresi berat, penting untuk mengetahui cara mengatasi stres dan depresi guna menjaga kesejahteraan mental.

Memahami Stres sebagai Bagian dari Kehidupan

Inayah Wulandari Wahid menekankan bahwa stres adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Namun, stres menjadi masalah ketika melampaui kapasitas individu untuk mengatasinya. Anak keempat Presiden ke-4 Republik Indonesia, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gusdur, berbagi pengalaman pribadinya dalam menghadapi tantangan kesehatan mental serta bagaimana dia belajar menerima dan mengelola kondisinya.

"Seperti kata Tan Malaka, 'Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk'. Benturan-benturan itu adalah bagian dari kehidupan. Memang, tantangan yang dihadapi setiap orang berbeda, tergantung pada kondisi sosial dan ekonomi masing-masing," ujar Inayah saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam diskusi bersama IHDC Youth Movement pada Minggu, 23 Februari 2025.

Inayah juga menyoroti bahwa beberapa kelompok masyarakat menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Namun, kondisi yang lebih baik secara ekonomi tidak berarti seseorang terbebas dari stres atau depresi sepenuhnya. Kesadaran akan tantangan ini menjadi langkah awal dalam memahami cara mengatasi stres dan depresi secara efektif.

"Ada kelompok yang mengalami tantangan lebih besar dibanding yang lain. Namun, itu tidak berarti bahwa seseorang yang hidup dalam kondisi lebih baik tidak memiliki tantangan sama sekali," tambahnya.

Sementara itu, mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Moeloek, menekankan bahwa stres adalah hal yang dialami semua orang, dari anak-anak hingga dewasa. Kuncinya bukan menghindari stres, tetapi belajar menghadapinya dengan bijak.

 

Mengubah Pola Pikir dan Mencari Dukungan

Mengelola stres dan depresi membutuhkan strategi yang tepat agar tidak berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Salah satu cara atasi stres dan depresi yang efektif adalah dengan mengembangkan pola pikir positif. Hindari pikiran negatif yang berulang dan fokuslah pada hal-hal baik dalam hidup.

Menurut Nila, dengan berpikir positif, beban pikiran dapat berkurang, sehingga stres dan depresi lebih mudah dikendalikan.

"Misalnya, jika muncul pikiran negatif seperti 'Saya ingin menyerah', cobalah melihat dampaknya. Anak bisa terlantar dan keluarga ikut terbebani. Sebaliknya, jika kita bangkit dan mencari solusi, manfaatnya lebih besar. Anak tetap bisa sekolah, keluarga tetap terjaga," ujarnya.

Selain pola pikir positif, meningkatkan spiritualitas juga bisa menjadi cara atasi stres dan depresi. Melakukan ibadah atau kegiatan spiritual lainnya dapat memberikan ketenangan batin dan dukungan emosional. Koneksi dengan hal-hal yang lebih besar dari diri sendiri sering kali membantu seseorang menghadapi tekanan mental dengan lebih tenang dan stabil.

Pentingnya Dukungan Sosial dalam Mengelola Stres dan Depresi

Memiliki sistem pendukung yang kuat sangat penting dalam proses mengatasi stres dan depresi. Berbagi masalah dengan orang-orang terpercaya seperti keluarga, teman, atau profesional dapat meringankan beban emosional. Menurut Inayah Wahid, berbicara dengan orang lain membantu dirinya keluar dari fase penyangkalan terkait kondisi mentalnya.

"Saya sendiri pernah berada dalam fase menyangkal kondisi mental saya. Saya merasa tidak seharusnya stres atau depresi karena ada orang lain yang hidupnya lebih sulit, seperti di Gaza misalnya. Tapi, psikolog saya mengatakan sesuatu yang menyadarkan saya, 'Kalau orang di Gaza sedang mengalami konflik buruk, apakah itu berarti kamu tidak boleh merasa stres?'. Itu membuka mata saya bahwa kondisi mental tidak bisa dibanding-bandingkan," ujarnya.

Lebih lanjut, Inayah menegaskan bahwa meminta bantuan bukan berarti seseorang lemah. Justru, hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang menolak untuk menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Dia juga mengutip kalimat inspiratif dari buku The Boy, The Mole, The Fox and The Horse yang menjadi favoritnya:

"When asking for help, it doesn't mean you're weak. It means you refuse to give up," 

Mencari pertolongan dari orang lain, baik itu teman, keluarga, atau profesional, adalah bentuk keberanian yang bisa membantu dalam proses pemulihan mental.

 

Peran Orang Tua dan Tips Mengelola Stres

Orang tua memiliki peran penting dalam membantu anak-anak menghadapi stres. Nila Moeloek, mengatakan, komunikasi yang terbuka dan dukungan emosional sangat penting. Ajarkan anak untuk mengidentifikasi sumber stres dan mengembangkan strategi mengatasi masalah. Berikan contoh yang baik dalam mengelola stres sendiri.

Beberapa cara untuk mengelola stres meliputi fokus pada pekerjaan yang bermanfaat, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Mengalihkan perhatian pada hal-hal positif dan membangun sistem dukungan yang kuat juga sangat membantu.

Kemudian, Inayah menekankan bahwa tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja dan meminta bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan.

 

Mengelola Stres dan Depresi: Kapan Harus ke Profesional?

Jika stres dan depresi yang kamu alami terasa berat, berkepanjangan, atau mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat serta merancang perawatan yang sesuai, seperti psikoterapi (Cognitive Behavioral Therapy/CBT) atau pengobatan medis menggunakan antidepresan dan ansiolitik.

Mencari Bantuan Bukan Tanda Kelemahan

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional, karena ini bukan tanda kelemahan melainkan langkah bijak dalam menjaga kesehatan mental. Mencari bantuan adalah bentuk keberanian dan komitmen untuk mencapai kesejahteraan psikologis yang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh Inayah Wahid, menerima kondisi mental dan mencari bantuan adalah langkah awal yang sangat penting dalam proses pemulihan.

Nila Moeloek juga menekankan pentingnya mengelola stres dengan baik dan tidak membiarkannya menguasai diri. Salah satu cara atasi stres dan depresi adalah dengan berbicara kepada teman atau profesional untuk menemukan solusi yang tepat. Jangan ragu untuk meminta bantuan dari orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman, atau dari tenaga kesehatan mental.

Nila Moeloek berbagi pengalamannya dalam menghadapi stres. Menurutnya, fokus pada pekerjaan dapat menjadi cara efektif untuk mengalihkan stres. Dengan menyibukkan diri dalam tugas yang bermanfaat, stres dapat terlupakan.

"Namun, saya pribadi cenderung berhati-hati dalam berbagi keluh kesah kepada teman, karena ada risiko informasi tersebut tersebar ke orang lain," kata Nila.

"Yang paling utama bagi saya adalah berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Mengadu kepada Tuhan bisa memberikan ketenangan batin. Jawaban atas masalah kita mungkin tidak datang secara langsung, tetapi sering kali dalam ketenangan itu kita menemukan solusi yang tepat," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya