Setengah Populasi Indonesia Alami Overthinking, Wanita Lebih Rentan!

Studi terbaru ungkap 50 persen orang Indonesia mengalami overthinking, terutama wanita usia produktif, dipicu masalah ekonomi dan politik; Yuk, cari tahu cara mengatasinya!

oleh Aditya Eka Prawira Diperbarui 25 Feb 2025, 14:36 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 14:36 WIB
ciri sakit jantung pada wanitahttps://www.liputan6.com/dashboard/articles/create?article-temp-id=2741#
Setengah populasi Indonesia mengalami overthinking, dengan wanita lebih rentan. Studi HCC mengungkap dampaknya pada kesehatan mental dan cara mengatasinya untuk meningkatkan kualitas hidup. © Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Studi terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) mengungkap fakta mengejutkan. Setengah dari populasi Indonesia, atau sekitar 50 persen, mengalami overthinking atau berpikir berlebihan. Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Ray Wagiu Basrowi ini melibatkan 1.061 responden dari 29 provinsi dan dilakukan selama Januari hingga Februari 2025.

Lebih mengkhawatirkan lagi, wanita usia produktif serta mereka yang menganggur atau baru kehilangan pekerjaan memiliki risiko lebih tinggi mengalami overthinking. Kebiasaan berpikir berlebihan ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, terutama jika tidak dikelola dengan baik.

Apa Dampak Terlalu Overthinking?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 persen responden mengalami ruminasi, yaitu kebiasaan terus-menerus memikirkan kejadian negatif di masa lalu tanpa solusi. Sementara itu, hanya 19 persen responden yang memiliki pola pikir reflektif yang lebih sehat.

Menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, overthinking bukan sekadar kebiasaan berpikir negatif, tetapi masalah serius dengan dampak psikologis yang luas.

Faktor Penyebab Overthinking di Indonesia

Overthingking
Setengah populasi Indonesia mengalami overthinking, dengan wanita lebih rentan. Studi HCC mengungkap dampaknya pada kesehatan mental dan cara mengatasinya untuk meningkatkan kualitas hidup.... Selengkapnya

Penelitian HCC mengidentifikasi beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus overthinking di Indonesia. Kenaikan harga bahan pokok, misalnya, meningkatkan risiko overthinking hingga dua kali lipat.

Biaya pengobatan yang mahal juga menjadi pemicu, meningkatkan risiko hingga 2,2 kali lipat. Bahkan, informasi politik yang membingungkan turut andil, dengan peningkatan risiko hingga 1,8 kali lipat.

Faktor kesehatan, seperti berita tentang penyakit baru dan risiko wabah, juga menjadi pemicu dominan overthinking.

"Penelitian ini juga menemukan bahwa perempuan lebih rentan mengalami overthinking dibandingkan laki-laki, dengan risiko dua kali lipat lebih tinggi," katanya.

Lebih lanjut, dia, mengatakan,"Ini tentu diperparah adanya beban ganda dan peran ganda perempuan yang harus menjadi istri, ibu rumah tangga dan juga pekerja. Sehingga ketika perempuan usia produktif kehilangan pekerja, misalnya karena PHK, maka risiko overthinking menjadi berlipat ganda."

Kondisi ekonomi yang tidak stabil dan informasi yang simpang siur jelas memberikan dampak besar pada kesehatan mental masyarakat. Beban ganda yang dipikul perempuan juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.

Dampak Overthinking dan Upaya Mitigasi

arti kedutan bokong kiri wanita
Setengah populasi Indonesia mengalami overthinking, dengan wanita lebih rentan. Studi HCC mengungkap dampaknya pada kesehatan mental dan cara mengatasinya untuk meningkatkan kualitas hidup. © Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Dampak overthinking tidak hanya terbatas pada kesehatan mental, tetapi juga memengaruhi produktivitas dan kualitas hidup. Mereka yang sering mengalami pola pikir negatif berulang cenderung lebih mudah mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Untuk itu, dibutuhkan upaya mitigasi yang komprehensif.

Para peneliti merekomendasikan agar overthinking dijadikan sebagai indikator sosial dan kesehatan dalam kebijakan publik.

Peningkatan literasi kesehatan mental dan penyampaian informasi kebijakan yang lebih humanis juga sangat penting.

Pemerintah perlu memastikan kestabilan sosio-politik dan ekonomi untuk mengurangi kecemasan dan kekhawatiran berlebihan di masyarakat.

HCC juga merekomendasikan agar indikator pola pikir, termasuk repetitive negative thinking dan overthinking, menjadi variabel dalam perumusan kebijakan publik.

Studi dengan skala lebih besar juga perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang pola berpikir orang Indonesia.

Mengatasi overthinking membutuhkan pendekatan multisektoral dan komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi kesehatan mental masyarakat.

Kesimpulannya, overthinking merupakan masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak.

Dengan memahami faktor penyebab dan dampaknya, kita dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk mengurangi angka overthinking di Indonesia dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya