Ramai Diperbincangkan, Ini Bedanya Serangan Jantung dan Henti Jantung Mendadak

Serangan jantung sempat menjadi pembicaraan usai dinyatakan sebagai penyebab meninggalnya aktor Ashraf Sinclair

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Feb 2020, 14:26 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2020, 14:26 WIB
20151013-Ilustrasi-Serangan-Jantung
Ilustrasi Serangan jantung (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Meninggalnya aktor dan suami penyanyi Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair membuat orang-orang membicarakan tentang serangan jantung yang ditengarai menjadi penyebab pria 40 tahun itu meninggal.

Berdasarkan pantauan di media sosial Twitter, "serangan jantung" pun sempat menjadi trending topic meski tak lama kemudian menghilang dari daftar tersebut.

Serangan jantung sendiri memang menjadi penyakit tidak menular yang banyak terjadi. Bahkan saat ini, masalah tersebut kerap terjadi pada orang-orang yang berusia lebih muda.

Namun, masyarakat masih banyak yang belum memahami perbedaan antara serangan jantung dan henti jantung. Hal ini seperti disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam sub-spesialis kardiovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Simon Salim.

"Henti jantung mendadak perlu dibedakan dengan serangan jantung (penyakit jantung koroner). Memang istilah ini sering dipakai tumpang tindih," kata Simon lewat pesan tertulis kepada Health Liputan6.com pada Selasa (18/2/2020).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Henti Jantung Tak Selalu karena Serangan Jantung

20151013-Ilustrasi-Serangan-Jantung
Ilustrasi Serangan jantung (iStockphoto)

Simon mengatakan, henti jantung mendadak bisa disebabkan karena serangan jantung. Namun, kondisi tersebut juga bisa disebabkan oleh penyebab lain seperti DVT (Deep Vein Thrombosis).

"Makanya serangan jantung dan henti jantung tidak selalu sama. Ibaratnya orang apabila keselek kedondong pun juga bisa mengakibatkan henti jantung," kata Simon.

Simon mengatakan, pada serangan jantung, aliran darah ke jantung terganggu sehingga organ kurang mendapatkan darah tetapi masih berdenyut. Sementara pada henti jantung, organ tidak berdenyut sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terhenti.

Untuk penyakit jantung koroner, Simon mengatakan bahwa gaya hidup sehat memang bisa menurunkan risiko tersebut. Namun tidak selalu hal itu menurunkan risiko kelainan jantung lain.

"Salah satu kelainan contohnya kelainan genetik. Ada beberapa orang memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan irama jantung. Gangguan ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat," kata Simon.

"Yang berat tentu saja, beberapa bisa menyebabkan kematian (henti jantung mendadak), namun hal ini bukan disebabkan karena penyakit jantung koroner," ujarnya.

Simon mengatakan, kadangkala kelainan tersebut tidak menimbulkan gejala. Pada umumnya, pasien akan mengalami gejala yaitu henti jantung mendadak.

"Belum lagi kalau misalnya ada konsumsi obat-obatan atau penyakit di luar jantung yang bisa mempengaruhi jantung," ujarnya. Selain itu, pada henti jantung, pasien bisa meninggal apabila dalam beberapa menit tidak segera diberikan pertolongan.

Yang patut dicatat, Simon menegaskan bahwa dirinya tidak bisa menjelaskan lebih banyak mengenai penyakit apa yang dialami oleh Ashraf Sinclair. "Karena kita tidak tahu jejak rekam medis seseorang. Kami hanya bisa membantu penjelasan secara general."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya