Lansia Jepang Positif COVID-19 Sepulang dari Bali, Kemenkes Sebut Ada Mutasi Gen

Kabar lansia Jepang positif COVID-19 sepulang dari Bali, Kemenkes sebut ada mutasi gen.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Feb 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 11:30 WIB
Antisipasi Virus Corona, Jepang Pantau Pelancong Asal China
Petugas karantina (kanan) memantau para pelancong dari Wuhan China dan kota-kota lain ketika melewati pemindai suhu tubuh di Bandara Internasional Narita, Narita, Tokyo, Kamis (23/1/2020). Jepang meningkatkan pengamanan untuk mewaspadai penyebaran virus corona asal China. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Pria lanjut usia (lansia) Jepang berusia 60 tahun dilaporkan positif virus corona (COVID-19) sepulang berlibur dari Bali. Kementerian Kesehatan pun menelusuri laporan tersebut.

Menurut Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Achmad Yurianto, lansia tersebut bukan positif COVID-19, melainkan Sars Coronavirus Tipe 2 (SARS CoV-2).

"Saya mendapat laporan dari otoritas Jepang, kalau hasil diagnosis pria tersebut menunjukkan, pasien terinfeksi SARS CoV-2, bukan COVID-19. SARS CoV-2 itu merupakan virus corona tipe II," terang Yuri melalui teleconference di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, kemarin (25/2/2020).

Ia menyampaikan perbedaan antara SARS CoV-2 dengan COVID-19.

"Di referensi WHO, bahwa SARS-CoV Tipe 2 itu nama virusnya, sedangkan COVID-19 adalah nama penyakitnya. Kalau mau dibedakan silakan, tapi saya juga punya referensi bahwa SARS CoV-2 merupakan bentuk mutasi gen, bentuk perubahan yang penyebab pertama dulu disebut 2019-nCoV," lanjut Yuri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Melacak Sumber Virus

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Yuri juga menyampaikan, ada perbedaan pendapat dari pakar tentang SARS CoV-2 dengan COVID-19. Pertama, SARS CoV-2 sama dengan COVID-19.

Kedua, tidak sama atau ada lebih dari 70 persen genetik antara virus COVID-19 dan virus SARS CoV-2.

"Kami tidak akan memperdebatkan nama, tetapi akan melakukan surveilans dan melacak sumber virus tersebut dari mana. Itu yang lebih penting," tambahnya.

“Enggak perlu khawatir seperti menghadapi COVID-19. Karena SARS CoV-2 seperti flu musiman di Jepang sana."


Kronologi Kejadian

Antisipasi Virus Corona, Jepang Pantau Pelancong Asal China
Petugas karantina membenarkan kamera termografi ekstra untuk memantau para pelancong dari Wuhan China dan kota-kota lain di Bandara Internasional Narita, Narita, Tokyo, Kamis (23/1/2020). Jepang meningkatkan pengamanan untuk mewaspadai penyebaran virus corona asal China. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Kronologi lansia Jepang yang sebelumnya dilaporkan positif COVID-19, ia mengeluh sakit pada saluran pernapasan sebelum 12 Februari 2020. Pria itu bekerja sebagai kepala panti sosial. 

"Di Jepang, sebelum 12 Februari, dia sudah sakit. Mengeluh sakit saluran napas, batuk, pilek, dan sebagainya. Sehingga, pada 12 Februari, dia berobat ke dokter di Jepang," Yuri menerangkan.

"Hasilnya, dokter menganggap tak perlu dirawat karena kondisinya masih baik. Dia hanya diberi obat dan diizinkan pulang." 

Pada 13 Februari 2020, lansia yang tak disebut namanya ini masih masuk kerja. Kemudian pada 14 Februari 2020, ia libur kerja.

"Lalu pada 15 Februari, dia beserta keluarga berangkat ke Bali. Di Bali itu sampai 19 Februari," ungkap Yuri. 

Setibanya kembali ke Jepang, lansia tersebut merasa tidak enak badan. Pada 22 Februari 2020, ia kembali berobat ke rumah sakit.

"Diputuskan harus dirawat. Saat dirawat dan diperiksa. Ternyata ditemukan virus SARS CoV-2. Kondisinya sekarang sudah membaik," ujar Yuri. 

Yuri juga menampik anggapan bahwa pria asal Jepang tertular SARS CoV-2 di Bali. Ini karena pria itu sudah mengeluh sakit sebelum 12 Februari 2020. Menurutnya, tidak ada virus yang masa inkubasinya langsung bereaksi.

"Saat datang ke Indonesia kan dia sudah sakit dan minum obat. Mengapa pas datang ke Indonesia dia (badannya) tidak panas? Sebab, dia sudah minum obat," tutup Yuri. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya