Olahan Burasa, Hidangan Khas Lebaran yang Menjadi Tradisi di Gorontalo

Teksturnya lebih lembut dibanding ketupat, dengan cita rasa gurih yang khas karena penggunaan santan dalam proses memasaknya.

oleh Arfandi Ibrahim Diperbarui 03 Apr 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2025, 12:00 WIB
Burasa
Makanan Khas Sulawesi, Burasa (sumber: iStock)... Selengkapnya

Liputan6.com, Gorontalo - Idul Fitri menjadi momen istimewa bagi umat muslim di seluruh dunia. Selain menjadi ajang silaturahmi, perayaan ini juga identik dengan beragam kuliner khas yang selalu hadir di meja makan keluarga.

Salah satu hidangan yang tak terpisahkan dari tradisi Lebaran masyarakat Gorontalo adalah buras, atau yang lebih dikenal dengan sebutan burasa.

Buras merupakan makanan berbahan dasar beras yang dimasak dengan santan, kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan diikat sebelum dikukus.

Teksturnya lebih lembut dibanding ketupat, dengan cita rasa gurih yang khas karena penggunaan santan dalam proses memasaknya. Biasanya, buras disajikan dengan ayam likku atau coto ayam, sehingga semakin memperkaya rasa hidangan Lebaran.

Menurut Munu Modeong, seorang warga Bone Bolango yang setiap tahunnya membuat buras, tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dalam keluarganya.

"Sejak kecil, saya sudah terbiasa membantu keluarga membuat buras menjelang Lebaran. Rasanya tidak lengkap jika tidak ada buras di meja makan saat Idul Fitri. Buras sangat cocok disantap dengan kari ayam atau makanan berkuah lainnya," ujar Munu, Rabu (2/4/2025).

Di Kabupaten Bone Bolango, buras tidak hanya menjadi makanan utama saat Lebaran, tetapi juga sering disajikan dalam berbagai acara keluarga atau hajatan lainnya. Idul Fitri, permintaan buras meningkat signifikan, terutama di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Sentral Kota Gorontalo.

 

Simak juga video pilihan berikut:

Kuliner Praktis dan Tahan Lama

Selain menjadi pelengkap hidangan berkuah, buras juga sering dikonsumsi sebagai camilan dengan tambahan sambal khas atau serundeng kelapa.

Banyak masyarakat yang memilih buras sebagai alternatif ketupat karena lebih praktis dan memiliki daya tahan lebih lama, sehingga dapat dinikmati hingga beberapa hari setelah Lebaran.

Bagi masyarakat Bone Bolango, buras bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan simbol kebersamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Hidangan ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga dalam setiap perayaan Idul Fitri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya