Ahli Kesehatan Ungkap Bahaya Makan Tinja

Namun, karena mendengar beberapa orang mengklaim bahwa minum urine baik untuk kesehatan karena mengandung vitamin. Lalu, mangapa tidak untuk tinja?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Feb 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2020, 11:00 WIB
Feses dengan Makanan Utuh di Dalamnya, Berbahayakah?
Feses dengan Makanan Utuh di Dalamnya, Berbahayakah?

Liputan6.com, Jakarta Mendengar kata feses atau tinja saja mungkin sudah membuat Anda mual, apalagi memakannya. Karena siapa yang mau makan kotorannya sendiri kecuali hewan?

Namun, karena mendengar beberapa orang mengklaim bahwa minum urine baik untuk kesehatan karena mengandung vitamin. Lalu, mangapa tidak untuk tinja?

Untuk lebih jelasnya, berikut jawaban dari para ahli terkait pertanyaan tersebut, dilansir dari Gawker.

1. Daniel Pomp, PhD, profesor UNC School of Global Public Health

"Perbedaan besar antara urine dan tinja yaitu urine lebih steril, sedangkan tinja berbau dan penuh bakteri. Bakteri tersebut sama seperti yang hidup di usus Anda (tidak semua bakteri buruk), kecuali jika tinja tersebut dari orang yang tidak sehat."

Sebuah artikel dari New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa transplantasi feses (kotoran seseorang dimasukkan ke dalam usus orang lain) bekerja dengan baik daripada antibiotik dalam mengobati infeksi bakteri tertentu yang menyebabkan diare parah, ujarnya.

2. Parul Agarwal MD, asisten profesor Gastroenterology & Hepatology, University of Wisconsin

"Minum urine dan makan tinja diri sendiri sangat aman. Namun perlu diingat, urine steril, tinja tidak. Jadi tidak ada efek positif dari memakan kotoran Anda sendiri yang saya tahu."

3. Lars Eckmann, PhD, profesor kedokteran di UCSD Medical School, Division of Gastroenterology

"Secara teori, coprophagy (menelan tinja sendiri) seharusnya tidak berbahaya asalkan bersih (tidak terkontaminasi apapun). Mungkin juga ada manfaat kesehatan dibaliknya.

Menurutnya, bakteri di usus besar dapat memetabolisme bahan makanan (walaupun bernutrisi) yang hanya sebagian diserap pada tahap awal, sisanya sisanya diekskresikan (dikeluarkan) dengan tinja. Penyerapan kembali nutrisi ini dengan menelan tinja akan memberi kesempatan kedua bagi usus untuk menyerapnya.

"Tapi mungkin karena keengganan yang kuat terhadap coprophagy itu sendiri (sebagai sumber infeksi) membuat kebanyakan orang memilih tidak melakukannya walaupun permintaan medis untuk 'transplantasi tinja' meningkat, ujar Dr.Eckmann.

 

4. P.K. Newby, ScD, MPH, MS, peneliti nutrisi dan penulis makanan

Deteksi Penyakit Hati dari Warna Feses
Deteksi Penyakit Hati dari Warna Feses

"Tubuh manusia sangat ajaib, dengan sistem kompleks yang dirancang untuk mengekstrak nutrisi dari makanan, dan selama metabolisme mengeluarkan produk limbah dalam bentuk cairan (urine) dan padatan (feses/tinja). Tubuh tidak 100% menyerap nutrisi (yang kita makan), jadi mungkin ada sisa nutrisi dalam limbah tersebut."

Newby mengatakan inilah mengapa spesies tertentu, misalnya anjing, memakan kotoran mereka sendiri, yang tentunya dampaknya (memberi nutrisi) berbeda jika diaplikasikan ke manusia. Tubuh memilih mengeluarkan limbah ini karena menganggapnya sebagai pemborosan yang harus dibuang untuk menyeimbangkan fungsi tubuh.

"Jika tubuh menginginkan nutrisi tambahan, Anda bisa mengonsumsi makanan yang kaya vitamin, mineral dan lain-lain yang berasal dari sayuran, buah, biji-bijian, kacang-kacangan dan sebagainya. Ini lebih baik ketimbang makan kotoran," ujar Newby.

Intinya, jika Anda ingin sehat dan mengonsumsi tinja sendiri kemungkinan tidak membahayakan Anda. Makan kotoran orang lain bisa membuat Anda sakit jika orang tersebut tidak sehat, tapi makan tinja dari orang yang tepat dapat menyembuhkan diare Anda. Tapi secara keseluruhan, lebih baik jika mengonsumsi makanan yang lumrah saja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya