Dinkes Jabar Sebutkan Ciri Kunci Keberhasilan PSBB

Dinas Kesehatan Jawa Barat menyebutkan kunci keberhasilan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan berlaku di kawasan Bogor, Depok, Bekasi (Bodebek) adalah disiplin warga dan konsistensi pelaksanaan rapid diagnostic test (RDT) secara masif.

oleh Arie Nugraha diperbarui 15 Apr 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2020, 18:00 WIB
PSBB di Kota Bogor
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai berlaku di wilayah Kota Bogor, Rabu (15/4/2020). (Humas Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Dinas Kesehatan Jawa Barat menyebutkan kunci keberhasilan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan berlaku di kawasan Bogor, Depok, Bekasi (Bodebek) adalah disiplin warga dan konsistensi pelaksanaan rapid diagnostic test (RDT) secara masif. 

Hal itu dikatakan oleh juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti pada penerapan PSBB Bodebek pada 15 - 28 April 2020. 

Berli menegaska RDT masif tetap akan dilakukan di kawasan Bodebek pada saat penerapan PSBB untuk memetakan penyebaran COVID-19.

“Untuk PSBB Bodebek, rapid test masif akan tetap dilanjutkan. Bahkan mungkin dengan ekskalasi yang lebih besar, “ ujar Berli dalam keterangan resminya ditulis, Bandung, Rabu, 15 April 2020. 

Berli menjelaskan, RDT masif dapat menunjang keberhasilan PSBB Bodebek karena tujuan kekarantinaan kesehatan tersebut adalah memutus rantai penularan, merawat dan mengobati penderita COVID-19. 

Terus dilaksanakan rapid test itu sebut Berli, untuk melacak kontak lekat penyebaran COVID-19. 

“Dengan demikian yang positif mudah ditemukan, bisa segera diobati atau dirawat sebelum menunjukkan gejala membahayakan. Jadi selain akan menekan jumlah kematian, rapid test masih juga akan meningkatkan angka kesembuhan,” kata Berli. 

 

 

Teknis Pelaksanaan

Pemerintah Jawa Barat sendiri, menyerahkan sepenuhnya teknis pelaksanaan RDT masif kepada pemerintah setempat di kawasan Bodebek. Apakah tetap akan menggunakan sistem drive thru atau dilakukan di puskesmas.  

Namun yang pasti tutur Berli, target sasaran tidak berubah yakni keluarga, orang dalam pemantauan (ODP), tenaga medis, serta kalangan yang profesinya rawan. 

“Di beberapa kota kabupaten masih dipakai metode drive through ini. Jadi diserahkan ke daerah, termasuk yang dilimpahkan ke puskesmas. Karena terkait SDM setempat,“ jelas Berli. 

Sampai saat ini Pemerintah Jawa Barat telah mendistribusikan sekitar 70 ribu alat rapid test ke 27 kabupaten dan kota dan sekitar 1.000 sampel telah dipastikan melalui tes polymerase chain reaction (PCR) positif COVID-19. 

Sebelumnya, Gubernur Ridwan Kamil menargetkan 300 ribu rapid test dilakukan di Jawa Barat atau 30 persen dari target RDT masif nasional yang mencapai 1 juta sampel. Berli menjamin otoritasnya tidak akan kekurangan alat RDT karena banyak menerima sumbangan dari komunitas, BUMN dan swasta. 

“Kita masih punya stok, karena masih ada bantuan seperti dari Buddha Tsu Chi sekitar 50.000 dan dari sumber lain. Selesainya secepatnya. Mudah-mudahan sebelum Mei 2020 kita sudah bisa menyelesaikan kegiatan rapid test ini,” sebut Berli. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya