Liputan6.com, Jawa Barat - Penambahan terbanyak kasus positif Corona di Jawa Barat berasal dari Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Bandung.
Juru bicara penanganan COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto, mengatakan, keseluruhan kasus positif dari klaster Secapa AD Bandung sebanyak 1.262 orang.
Baca Juga
"Ini terdiri dari peserta didik dan beberapa tenaga pelatih yang ada di sana," kata Yuri.
Advertisement
Dari 1.262 kasus positif Corona di Secapa AD Bandung yang teridentifikasi, hanya 17 orang yang dirawat dan diisolasi di RS Dustira Cimahi.
"Karena mereka ada keluhan meskipun dalam derajat keluhan ringan. Di antaranya demam dan beberapa mengeluh pernapasannya, baik batuk dan sesak," kata Yuri.
Sisanya atau sebanyak 1.245 orang tanpa keluhan (orang tanpa gejala/OTG) apa pun dan saat ini sedang menjalani karantina di wilayah Secapa AD Bandung.
"Seluruh komplek Sekolah Calon Perwira tersebut kita lakukan isolasi, kita lakukan karantina, kemudian kita larang adanya pergerakan orang baik masuk ke dalam kompleks maupun keluar komplek," Yuri menambahkan.
Â
Simak Video Menarik Berikut Ini
Pengawasan Dilakukan Secara Ketat
Yuri memastikan bahwa pengawasan dilakukan secara ketat dan terus dipantau sepanjang hari. Sampai dengan Kamis, 9 Juli 2020, seluruh peserta yang diisolasi dalam keadaan baik.
"Kami memastikan bahwa tidak akan terjadi penularan keluar komplek karena kita menjaga benar agar betul-betul pelaksanaan karantina kewilayahan bisa dijalankan secara maksimal," katanya. Tentu tak lepas dari monitoring ketat dari Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan Kodam III/Siliwangi.
Â
Advertisement
Tidak Perlu Panik
Yuri mengimbau agar masyarakat tenang, tidak perlu panik, karena masalah tersebut sudah ditangani seara profesional sesuai standar internasional. "Kita lakukan karantina wilayah dan menjamin sepenuhnya bahwa evaluasi peserta karantina dijalankan dengan maksimal," ujarnya.
Lebih lanjut, diharapkan keluarga peserta didik yang berasal dari seluruh Indonesia memahami dan memaklumi kondisi ini. Meski demikian para keluarga masih bisa kontak telepon dengan anak-anaknya.
"Oleh karena itu tidak perlu ada kepanikan. Kita menangani secara profesional.