Ini Dampak Jika Berlebihan Bersepeda

Nicolaas mengatakan bersepeda diketahui merupakan olahraga yang sangat baik dan ramah terhadap sendi – sendi pada panggul, lutut dan ankle

oleh Reza pada 13 Okt 2020, 16:00 WIB
Diperbarui 13 Okt 2020, 15:54 WIB
Tren Bersepeda Ramaikan CFD
Warga berolahraga saat kegiatan Car Free Day (CFD) di Kawasan Sudirman, Jakarta, Minggu (21/6/2020). Pada CFD pertama di masa PSBB Transisi, warga Ibu Kota terlihat lebih memilih bersepeda sebagai sarana olahraga dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Bersepeda menjadi kegiatan yang sangat diminati oleh masyarakat selama pandemi. Mulai dari orang dewasa sampai anak-anak dan baik wanita dan pria menggeluti hobi baru ini. 

Begitu tingginya antusiasme masyarakat untuk menekuni olahraga bersepeda terlihat dari ramainya kerumunan masyarakat di jalan raya saat akhir pekan tiba, termasuk di setiap area jalan yang dikhususkan sebagai area car free day. 

Namun, jika berlebihan bisa saja terjadi cedera saat bersepeda. Kok bisa? Padahal bersepeda itu kegiatan yang fun dan menyehatkan. 

Melihat hal itu, berikut komentar dari Nicolaas Budhiparama MD., PhD., SpOT (K), FICS sebagai Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi dan dr. Dananjaya Putramega, SpOT. 

Nicolaas mengatakan bersepeda diketahui merupakan olahraga yang sangat baik dan ramah terhadap sendi – sendi pada panggul, lutut dan ankle.

“Hal ini disebabkan oleh saat bersepeda Ketiga sendi tersebut tidak mendapatkan gaya berat dari tubuh kita, yang mana ini menjadikan bersepeda lebih baik daripada olahraga jogging atau berlari,” tutur Nicolaas.

Mengenai cedera, Nicolaas melanjutkan bahwa jenis olahraga ini bukan berarti terbebas dari ancaman cedera. Terlepas dari bahaya kendaraan bermotor yang berbagi ruang dengan pesepeda, faktor perlengkapan yang memadai dan posisi saat bersepeda memegang peran penting untuk mencegah cedera saat bersepeda.

“Perlengkapan yang wajib digunakan saat bersepeda antara lain helm sepeda, kacamata, jersey dan celana bersepeda, serta sepatu. Helm merupakan sebuah keharusan saat bersepeda dikarenakan piranti ini adalah satu-satunya yang mampu mengurangi efek benturan pada kepala pada saat kita terjatuh. Kacamata selain meningkatkan penampilan kita saat bersepeda sebenarnya fungsi utama dari kacamata adalah mencegah debu, serangga, atau benda-benda asing masuk ke mata saat bersepeda,” tutur Nicolaas.

Selain itu, ia melanjutkan bahwa baju bersepeda penting untuk mengurangi paparan sinar ultraviolet yang dapat merusak kulit dan celana khusus bersepeda memiliki bantalan khusus yang dapat meredam getaran saat bersepeda

“Tentunya tanpa perlengkapan diatas tidak berarti kita tidak boleh bersepeda, namun alangkah baiknya jika kita melindungi diri kita dari cedera saat berolahraga dengan perlengkapan yang memadai,” imbuh Nicolaas. 

Posisi bersepeda

Sementara itu, dr. Dananjaya Putramega, SpOT menanggapi posisi yang baik saat bersepeda. Ia mengatakan posisi bersepeda yang baik dimulai dengan memilih ukuran sepeda yang tepat sesuai dengan tinggi badan. Masing-masing produsen akan menyertakan informasi terkait ukuran sepeda yang tepat sesuai tinggi tubuh. 

 “Kadang kita menyepelekan hal ini, namun secara tidak disadari posisi bersepeda yang salah akan mengakibatkan cedera pada otot, tulang dan sendi kita,” imbuh dr. Dananjaya 

Setelah memilih ukuran sepeda yang tepat, lanjut dr. Dananjaya langkah berikutnya adalah menentukan tinggi sadel sepeda. Cara mudah untuk mengetahui bahwa tinggi sadel sepeda kita sudah tepat adalah dengan memastikan saat pedal di posisi paling bawah, lutut kita berada pada posisi sedikit menekuk, bukan lurus maksimal, atau saat bersepeda jika panggul kita mengayun karena jangkauan pedal sepeda terlalu jauh berarti sadel sepeda berada di posisi terlalu tinggi. 

“Nyeri pada bagian depan atau bagian dalam lutut merupakan tanda bahwa terjadi cedera akibat bersepeda dalam posisi yang tidak tepat. Posisi saddle terhadap handle bar, dan sudut kemiringan sadel juga berperan penting untuk mencegah cedera. Kedua hal ini tidak memiliki patokan baku, namun aspek kenyamanan dapat dijadikan parameter bahwa saddle dalam posisi yang tepat,” imbuh dr. Dananjaya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perhatikan kenyamanan pada pergelangan tangan, siku, bahu, leher, tulang belakang dan area kemaluan untuk menentukan posisi bersepeda yang tepat. 

“Masing-masing komponen sepeda sebaiknya dipasang dengan posisi yang benar. Konsultasikan pada mekanik sepeda atau jasa bike fitting untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” tutur dr. Dananjaya. 

Hal terakhir menurut Dananjaya mengatakan bersepeda yang terlalu diforsir. Dilakukan terus menerus tanpa istirahat yang cukup menjadi faktor utama terjadinya cedera. Banyak dibagikan di media sosial pesepeda yang meregang nyawa saat bersepeda, tanpa pemeriksaan autopsi tentunya kita tidak dapat menentukan penyebab kematian.

“Namun hal yang perlu kita ingat adalah bahwa kita yang paling mengetahui kondisi tubuh kita, saat sudah mulai terengah-engah atau sesak artinya intensitas bersepeda terlalu tinggi. Begitu juga saat badan terasa nyeri setelah bersepeda meskipun dalam posisi yang optimal yang menandakan tubuh kita butuh istirahat,” tutur dr. Dananjaya.

Artikel ini bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, instagram : @dokternicolaas

 

(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya