Masker, Salah Satu Senjata Melawan COVID-19 di Dunia

Masker sebagai senjata melawan COVID-19 di dunia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 12 Okt 2020, 15:50 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2020, 15:00 WIB
Brussel Wajibkan Pemakaian Masker di Tempat Umum
Para perempuan memakai masker di jalanan Brussel, Belgia, Rabu (12/8/2020). Penggunaan masker menjadi wajib di tempat umum di Brussel karena kasus Covid-19 naik ke tingkat kewaspadaan yang menempatkan kota itu di antara yang paling parah terkena dampak corona di Eropa. (François WALSCHAERTS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Masih abainya kesadaran masyarakat mematuhi protokol kesehatan, salah satunya penggunaan masker menjadikan penularan COVID-19 terus merajalela. Seperti halnya di Kota Bekasi, Jawa Barat, dari 12 kecamatan, hanya dua yang dinyatakan nihil kasus positif COVID-19. Angka penularan COVID-19 yang tinggi karena masyarakat enggan memakai masker, terlebih lagi saat berjalan-jalan di ruang publik.

Setiap pemerintah daerah pun berupaya mendorong masyarakat memakai masker. Operasi tertib protokol kesehatan atau operasi tertib masker digencarkan. Kepolisian di wilayah Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Kamis, 8 Oktober 2020 berhasil menjaring 25 pelanggar. Mereka dikenakan sanksi administrasi atau kerja sosial. Diharapkan sanksi membuat masyarakat jera sekaligus mendisiplinkan protokol kesehatan.

Melihat para pelanggar protokol kesehatan, yang tidak kenakan masker menjadi tantangan tersendiri. Rasa gerah, engap, susah bernapas, dan tidak nyaman memakai masker kerap menjadi alasan.  

Walaupun  begitu,  Ketua Tim Pedoman dan Protokol Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Eka Ginanjar menegaskan, upaya disiplin masker juga melindungi keselamatan orang lain.

“Disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun bukan hanya menjaga keselamatan diri sendiri, namun juga keluarga dan orang di sekitar kita. Terutama saat ini yang paling diwaspadai adalah Orang Tanpa Gejala (OTG), yang bisa saja merasa sehat dan terus beraktivitas dengan mengabaikan protokol kesehatan,” tegas Eka dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Minggu (11/10/2020).

"Sebagian besar pasien COVID-19 yang ditangani para dokter merasa menyesal tidak mematuhi protokol kesehatan setelah terkena virus Corona. Mereka merasakan betul bahwa COVID-19 itu nyata dan menyiksa tubuh. Oleh karena itu, cegahlah diri Anda dari penularan, cegahlah diri Anda juga menjadi sumber penularan COVID-19.”

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Disiplin Masker di Dunia

Roma Berlakukan Wajib Masker
Orang-orang memakai masker untuk mencegah penyebaran COVID-19 saat mereka berjalan-jalan di pusat kota Roma pada Sabtu (3/10/2020). Masker wajah harus dipakai setiap saat di luar rumah di ibu kota Italia Roma dan wilayah sekitar Lazio mulai Sabtu, 3 Oktober. (AP Photo/Andrew Medichini)

Disiplin masker tidak hanya di Indonesia saja, negara-negara di dunia juga menggencarkan pemakaian masker kepada warganya. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Sonny Harry B Harmadi memaparkan, wajib penggunaan masker sudah diterapkan di berbagai negara.

Berdasarkan Peraturan Mengenai Penggunaan Masker, yang bersumber Masks 4All, Al Jazeera tahun 2020, masyarakat Amerika Serikat menggunakan masker di tempat publik dan di beberapa negara bagian tertentu menjadi hal yang wajib.

Di Jerman, masker wajib pakai masker di area transportasi umum di seluruh 16 negara bagian. Italia mewajibkan penggunaan masker di tempat umum dan kerumunan. Kolombia pun serupa, mewajibkan penggunaan masker di transportasi umum dan area publik. 

Vietnam juga mewajibkan penggunaan masker di tempat umum per 16 Maret 2020. Memasuki Asia Timur, penggunaan masker sudah lazim jauh sebelum COVID-19 menyerang. Ini didorong pengalaman pandemi sebelumnya. 

“Pengalaman menghadapi SARS (H1N1) telah membuat negara di Asia Timur lebih sigap menghadapi COVID-19. Pemerintah tetap melakukan edukasi dan sosialisasi kepada warganya serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat (wajib memakai masker, menjaga jarak) dan memeriksa suhu tubuh, menyediakan fasilitas cuci tangan/hand sanitizer di fasilitas umum),” jelas Sonny saat dialog Sosialisasi Perubahan Perilaku.

Pemerintah Jepang tidak mengeluarkan kebijakan tegas dalam upaya preventif, namun penggunaan masker menjadi bagian dari budaya di Jepang. Di Taiwan, Pemerintah mengalokasikan dana dan personel militer untuk memperluas kapasitas produksi masker. 

Masyarakat Korea Selatan juga memiliki kesadaran yang tinggi terkait penggunaan masker. Ada juga aturan larangan untuk masuk ke gedung bangunan tanpa menggunakan masker. Di Hong Kong, masyarakat memahami penggunaan masker dapat menghentikan penyebaran virus, termasuk Corona. Tak heran, warga yang terlihat tidak memakai masker akan dikritik oleh lingkungan sekitarnya.

“Kalau di Asia Timur, kenapa penanganan terhadap COVID-19 terkendali? Negara seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong ini dalam satu abad terakhir, sudah terbiasa dilanda pandemi. Mereka sudah bisa beradaptasi dengan penggunaan masker dan protokol kesehatan lain,” lanjut Sonny.

“Dari pengalaman tersebut, mereka bisa mencegah dengan sangat baik penularan COVID-19. Ya, sedikit berbeda dengan Eropa yang cenderung tidak sering menghadapi pandemi.”

 

 

Risiko Penularan COVID-19 Turun

Penumpang Transportasi Umum di Jerman Ramai-Ramai Pakai Masker
Penumpang berjalan di sepanjang peron di stasiun kereta utama di Frankfurt, Jerman, Jumat (14/8/2020). Mengenakan masker untuk melindungi diri dari corona Covid-19 adalah kewajiban di transportasi umum di Jerman. (AP Photo/Michael Probst)

Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo juga menyampaikan, mematuhi protokol kesehatan saat ini dengan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak adalah ‘vaksin’ terbaik. Setiap kali kunjungan kerja dan rapat koordinasi dengan pemerintah daerah, ia selalu mengingatkan pentingnya sosialisasi protokol kesehatan. 

“Sosialisasi protokol kesehatan harus menjadi program prioritas pemerintah daerah karena saat ini belum ada vaksin atau obat yang ditemukan untuk menangani COVID-19, sehingga protokol kesehatan merupakan satu-satunya senjata kita memerangi COVID-19,” ujar Doni dalam Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 bersama jajaran Pemerintah Provinsi Bali, Jumat (9/10/2020).

Efektivitas penggunaan masker sebagai pencegahan penularan virus sudah diteliti. Bahwa risiko penularan COVID-19 dapat menurun, menurut jurnal berjudul Physical distancing, face mask, and eye protection to prevent person to person transmission of Sars-CoV-2 and COVID-19: a systematic review and meta-analysis

Risiko penularan virus Sars-CoV-2 turun 45 persen dengan memakai masker kain, sedangkan menggunakan masker bedah, risiko penularan turun sampai 70 persen. Sementara itu, cuci tangan memakai sabun menurunkan risiko penularan 35 persen dan menjaga jarak 1 meter turunkan risiko 85 persen.

 

“Kami sudah hitung dalam tiga minggu, misalnya, disiplin protokol kesehatan paling tidak kasus COVID-19 turun 50 persen setiap hari. Tanpa menjalankan protokol kesehatan, risiko tertular 5 sampai 20 persen,” Sonny menambahkan.

“Tapi kalau ada salah satu saja yang sakit, risiko tertularnya menjadi 100 persen. Alhamdulillah, bertemu orang lain beberapa kali, hasil tes negatif. Karena saya selalu pakai masker dan mematuhi protokol kesehatan.”

 

Sonny menuturkan, kita harus membiasakan diri memakai masker. Apalagi figur publik yang tampil di layar kaca dan seringkali berhadapan dengan publik. Dalam hal ini, penggunaan masker bukan sekadar imbauan, melainkan praktik nyata di lapangan.

“Yang jelas mempraktikkan pengetahuan menjadi perilaku keseharian. Saya masih lihat ada yang pakai maskernya cuma sampai di bawah dagu. Saya minta sekarang, kalau di wawancara di dalam ruangan yang ada orang lain, semua wajib harus menggunakan masker. Saya minta semuanya menjadi contoh,” tuturnya.

 

Studi Penggunaan Masker

Pembukaan Kembali Kebun Binatang Los Angeles
Seorang anak yang mengenakan masker mengunjungi Kebun Binatang Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pada 26 Agustus 2020. Kebun binatang tersebut dibuka kembali untuk umum dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan kesehatan setelah ditutup selama 166 hari akibat pandemi COVID-19. (Xinhua)

Efektivitas penggunaan masker juga dirasakan negara-negara lain. Kepatuhan masyarakat pakai masker membuat kasus COVID-19 menurun. Ketika penggunaan masker dilonggarkan justru terjadi lonjakan kasus COVID-19. 

Sonny mencontohkan, studi penggunaan masker di Amerika Serikat dan Austria. Di beberapa negara bagian Amerika Serikat, aturan pakai masker dan jaga jarak mulai diterapkan pertengahan Juni 2020. 

“Penurunan kasus dapat dilihat di daerah yang menerapkan peraturan ini. Di Alabama, masyarakat wajib menggunakan masker mulai 16 Juli dan kasus harian turun dari 2,000 ke 574 orang,” ujarnya.

Austria mengeluarkan aturan wajib pakai masker di fasilitas umum pada 6 April 2020.  Namun, peraturan pakai masker sempat dilonggarkan. Alhasil, kasus COVID-19 meningkat. Pemerintah Austria pun kembali memperketat peraturan pemakaian masker.

 

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan masker sangat ampuh mencegah penularan COVID-19. Tapi cara menggunakan masker juga harus benar. Jangan sampai masker hanya dipakai buat menutupi mulut, sedangkan hidung enggak ditutup,” tambah Sonny.

“Yang namanya masker, ya menutupi hidung juga mulut. Jadi, cara penggunaan masker menjadi sangat penting, sehingga masker jangan sampai menjadi perantara penularan virus karena cara pakai maskernya enggak tepat.”

 

Di Indonesia, survei kepatuhan penggunaan masker dan protokol kesehatan cuci tangan juga jarak dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2020 dan Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada Juli 2020. 

Hasil survei, yakni 80 persen masyarakat sering/selalu menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Lalu 80 persen masyarakat sering/selalu mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, 64 persen responden lain sering/selalu menggunakan hand sanitizer.

Sebanyak 72 persen masyarakat selalu menjaga jarak dalam seminggu terakhir, walaupun tingkat pengetahuan terhadap kebijakan ini di level 87 persen.

Dari segi persentase, responden yang mengaku sangat efektif memakai masker sebesar 91,8 persen, cuci tangan dengan sabun 90 persen, menggunakan hand sanitizer/disinfektan 86,2 persen. Kemudian efektif menghindari jabat tangan 90,1 persen, hindari kerumunan 91,5 persen, dan jaga jarak minimal 1 meter 88,6 persen.

 

Kenali Diri, Musuh, dan Medan Perang

Suasana Jam Pulang Kantor Pekerja di Jakarta
Sejumlah orang berjalan di trotoar pada saat jam pulang kantor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6/2020). Aktivitas perkantoran dimulai kembali pada pekan kedua penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Upaya mengatasi COVID-19, lanjut Sonny, harus dari hulu, menempatkan masyarakat sebagai ujung tombak penanganan COVID-19. Kita melihat jumlah dokter, tenaga kesehatan, dan medis sangat terbatas. Kalau kita tidak mencegah penularan COVID-19, jumlah pasien yang terkonfirmasi COVID-19 semakin banyak serta kapasitas pelayanan kesehatan yang terbatas.

 

“Jadi, jangan kita biarkan dokter kelelahan. Jangan kita biarkan tenaga kesehatan kelelahan, tetapi kita harus berusaha mencoba mendorong perubahan perilaku (protokol kesehatan) di masyarakat, sehingga mencegah terjadinya penularan COVID-19,” lanjutnya.

“Kita juga harus mengingat sedang menghadapi sebuah perang melawan COVID-19. Supaya kita menang, yang pertama adalah kenali dirimu, lalu kenali musuhmu, dan terakhir kenali medan perangmu.”

 

Kita sendiri harus mengenali siapa kita, apakah kita termasuk kelompok rentan atau tidak. Mengenali diri sendiri dulu sama layaknya perang. Ketika perang, yang harus kita kenali adalah kekuatan pasukan. Setelah kita mengenal identitas diri, selanjutnya adalah mengenali musuh.

“Dalam perang melawan COVID-19, musuh kita bersama ya COVID-19 ini. Artinya, kita harus melindungi mulut, hidung, dan mata, sehingga virus tidak masuk ke tubuh. Caranya, 3M (memakai masker, cuci tangan dengan sabun, jaga jarak, hindari kerumunan),” papar Sonny.

“Jadi, kita bangun pertahanan diri untuk menghadapi musuh bersama ini, yang punya karakteristik masuk melalui hidung, mulut, dan mata. Kalau ada penyakit penyerta seperti diabetes, hindarkan diri kita terlalu banyak keluar rumah dan menghindari kerumunan.”

Kita juga mengenal medan perang. Musuh COVID-19 akan menang kalau kita berada di ruang tertutup dengan jumlah orang yang banyak, melebihi dua jam. Oleh karena itu, berada di dalam ruang tertutup hindari mengundang banyak orang dan tidak lebih dari dua jam di dalam ruangan.

Perubahan Perilaku di Keluarga

Ceria Kecil Lomba 17-an di Tengah Pandemi
Seorang anak dengan masker mengikuti lomba memperingati HUT ke-75 RI di Kampung Nelayan, Cilincing, Jakarta, Senin (17/8/2020). Meski dilarang menggelar perlombaan akibat Covid-19, warga di Kampung Nelayan tetap mengadakan lomba 17-an walaupun hanya beberapa jenis. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Untuk membiasakan kepatuhan memakai masker dan protokol kesehatan lain, perubahan perilaku ini bisa dimulai dari keluarga. Apalagi penularan COVID-19 pada klaster keluarga turut menjadi perhatian pemerintah. Ini karena adanya anggota keluarga yang ternyata dirinya sebagai pembawa virus Corona (carrier), yang tidak mengalami gejala (OTG).

 

“Tentunya, OTG ini bisa menularkan ke banyak orang dan membahayakan keluarganya. Untuk melindungi keluarga dengan mematuhi protokol kesehatan dan berkali-kali kami mengingatkan, jangan sampai muncul klaster keluarga,” imbuh Sonny.

“Walaupun mungkin tanpa gejala, kita bisa membawa virus dan menyebarkannya kepada orang-orang yang rentan. Nah, target atau sasaran (terdekat) pada keluarga. Kepatuhan protokol kesehatan penting bahwa kita ingin melindungi diri sendiri dan orang lain, termasuk mereka yang kita cintai, khususnya di keluarga.”

 

Kalau kita tidak hati-hati dan abai protokol kesehatan, orang yang tertular pertama kali adalah keluarga sendiri. Mendorong perubahan perilaku di keluarga perlu diupayakan di seluruh keluarga Indonesia. Kampanye Ingat Pesan Ibu termasuk salah satu cara.

Diharapkan peran ibu di rumah yang tanpa henti mengimbau pakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan jaga jarak melindungi anggota keluarga dari Corona.

“Dengan menjalankan protokol kesehatan, insha Allah, kita bisa menyelesaikan masalah COVID-19 sebaik mungkin,” tutup Sonny.

Infografis Pakai Masker Kain SNI, Jangan Scuba dan Buff

Infografis Pakai Masker Kain SNI, Jangan Scuba dan Buff. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pakai Masker Kain SNI, Jangan Scuba dan Buff. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya